Powered By Blogger

Sunday, August 9, 2020

Perencanaan Pertanian dengan Pendekatan Menetapkan Target dan Mengalokasikan Sumber Daya pada Perkebunan Komoditas Kopi

A.      Latar Belakang

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki basis sumberdaya alam adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari luas areal maupun produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan lapangan kerja terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak.  Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja cukup strategis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor perkebunan berlokasi di perdesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi.

Komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan yang menjadi salah satu primadona adalah kopi. Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbanyak di dunia. Menurut data statistik International Coffee Organization (ICO), Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditas kopi terbanyak ke-3, setelah Brazil dan Vietnam.

Peluang untuk mengembangkan kopi sebagai penggerak perekonomian daerah sebenarnya sangat besar, khususnya bagi daerah-daerah sentra produksi kopi.  Peluang ini semakin besar dan terbuka lebar terutama setelah dirintisnya konsep Kawasan Agropolitan di beberapa wilayah perdesaan di Indonesia. 

Agropolitan adalah upaya menjadikan suatu kawasan perdesaan menjadi kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.

Perencanaan pertanian komoditas kopi melalui metode penetepan target dan pengalokasian sumber daya, membawa harapan akan terwujudnya pengembangan potensi komoditas kopi, khususnya potensi kopi untuk mendongkrak perekonomian dan pembangunan serta mensejahterakan penduduk.

 

B.       Gambaran Komoditas Kopi di Indonesia

Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman kopi yang dipanggang (tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut sebagai “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.

Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta. Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara. Kopi adalah komoditi yang diperdagangkan di bursa-bursa komoditi dan futures, yang paling penting di London dan New York.

Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil yang memiliki perkebunan relatif kecil sekitar 1-2 hektar, masing-masing. Berlawanan dengan pesaing seperti Vietnam, Indonesia tidak memiliki perkebunan kopi yang besar dan oleh karena itu menemukan lebih banyak kesulitan untuk menjaga volume produksi dan kualitas yang stabil, sehingga daya saing kopi Indonesia di pasar internasional kurang kuat.

Seperti yang telah disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi regional Vietnam, sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia.

Dimulai dari tahun 1960an, Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang kecil namun stabil dalam produksi kopi dunia. Kendati begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para petani telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao yang semuanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu, perkebunan-perkebunan kopi -atau sebagian dari perkebunan tersebut- telah ditransformasi menjadi perkebunan komoditi-komoditi lain.

 

C.      Perencanaan Pembangunan Perkebunan Kopi

1.      Evaluasi Awal

Evaluasi ini dapat juga diartikan sebagai penetapan tujuan atau menetapkan target yang ingin dicapai berdasarkan jangka waktu dibawah ini:

·      Jangka Pendek

Dalam perencanaan jangka pendek Perkebunan Kopi mampu memenuhi permintaan domestik maupun internasional terhadap kopi arabika mengingat di Indonesia telah banyak perusahaan industri pengolahan kopi dan tingkat konsumsi kopi baik di luar negeri maupun dalam negeri meningkat, hal ini dibuktikan dengan banyak kedai kopi diberbagai wilayah yang ramai dikunjungi pecinta kopi. Sehingga Perkebunan Kopi dapat menjadi mitra usaha mereka dalam menyediakan bahan baku untuk pengolahan kopi.

·      Jangka Menengah

Dalam perencanaan menengah Perkebunan Kopi memiliki prospek mengembangkan perkebunan kopi di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, mengembangkan berbagai jenis kopi spesial salah satunya varietas Java Arabica yang ada di Indonesia tentunya diwilayah yang potensial untuk pengembangannya.

 

·      Jangka Panjang

Dalam perencanaan jangka panjang Perkebunan Kopi menjadi perusahaan pengekspor kopi terbesar dan terbaik di dunia. Dengan kekhasan kopi spesial dari Perkebunan Kopi mampu menjadikan produk kopi dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Selain itu dalam jangka panjang tidak hanya menjadi produsen kopi yang menjual kopi (dalam bentuk bijian) namun juga berkembang pula menjadi perusahaan pengolahan kopi yang dapat menjual dalam bentuk bubuk.

 

2.      Evaluasi Proses

Evaluasi proses adalah evaluasi yg mencakup usaha-usaha yg terarah, terencana dan sistematik untuk meneliti proses berjalan yg telah menghasilkan suatu produk, baik terhadap fase perencanaan maupun terhadap fase pelaksanaan. Berikut tahapan proses pembangunan Perkebunan Kopi:

a.    Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi. Pengkajian pemilihan Lokasi ini dilakukan secara tahap demi tahap atas semua faktor yang terlibat dalam pemilihan lokasi dan Persiapan pembangunan Perkebunan Kopi  perlu didalami sebelum membuat keputusan membangun perkebunan Kopi, antara lain :

1. Lokasi dan Kesesuaian Lahan

2. Syarat Tumbuh Kopi

3. Aspek Sosial

b.   Pendanaan/Biaya

Pada tahapan evaluasi ini akan digunakan evaluasi standar keuntungan bersih dimana akan dihitung biaya yang dikeluarkan sampai panen perdana, kemudiaan menentukan prediksi harga produk. Dari perhitungan tersebut maka akan dapat ditentukan prediksi keuntungan yang akan diperoleh oleh petanai. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan analisis pembiayaan berdasarkan urutan-urutan sesuai perencanaan. Analisis pembiayaan usaha tani disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Analisa pembiayaan Perkebunan Kopi sampai menghasilkan (4Thn)

NO

URAIAN BIAYA KEGIATAN

VOLUME SATUAN

HARGA SATUAN(RP)

JUMLAH BIAYA

1

2

3

4

5

A

Sarana produksi

1

Grobak sorong

Handsprayer

Cangkul

Parang/Sabit

1

1

2

2

350 000

300 000

70 000

50 000

     700 000

     600 000

     140 000

     100 000

2

Benih tanam

Benih sulaman

Stek cleresede

1 666 Btg

166 Btg

1 250 stek

7000

7000

500

11 662 000

  1 162 000

     625 000

3

Pancang

1 666 Buah

500

833 000

4

Pupuk dasar

1.pupuk kandang

2.pupuk Urea

3.pupuk TSP

4.pupuk KCL

 

5,5 ton

400 kg

200 kg

200 kg

 

250

2500

3500

4000

 

1 250 000

1 000 000

700 000

800 000

5

Insektisida dan sejenisnya

Herbisida

2 ltr

10 ltr

100 000

60 000

200 000

600 000

Total biaya sarana produksi

20 872 000

B

Tenaga kerja

1

Pembukaan & persiapan lahan

Borongan

1 000 000

1 000 000

2

pemancangan

4 H0K

50 000

200 000

3

Pembuatan lubang tanam

20 HOK

50 000

1 000 000

4

Penanaman pohon pelindung

4 HOK

50 000

200 000

5

Penanaman kopi

10 HOK

50 000

500 000

6

Penyulaman

1 HOK

50 000

 50 000

7

Pembumbunan & pemupukan 1

40 HOK

50 000

2 000 000

8

Pemupukan 2

20 HOK

50 000

 1 000 000

9

Penyemprotan gulma

8 HOK

50 000

    400 000

10

Pengendalian hama penyakit

8 HOK

50 000

    400 000

11

Pembentukan cabang

2 HOK

50 000

    100 000

12

Panen dan Pasca panen

20 HOK

50 000

  1 000 000

Total biaya tenaga kerja

7 850 000

Total biaya keseluruhan = 20 872 000+ 7 850 000

28 722 000







Dari tabel analisis diatas dapat dilihat bahwa untuk melaksanakan usaha tanaman kopi di butuhkan biaya Rp28.722.000,- untuk 1 htr lahan, bila prediksi produktifitas rata-rata 1 ton/hektar  dengan harga  prediksi Rp20.000/kg dari rekomendasi 2 ton/hektar maka dapat ditentukan:

1)   Pendapatan petani di tahun pertama setelah berproduksi hanya Rp 20 000 000,artinya pada tahun ini modal awal petani belum kembali

2)   Keuntungan rata-rata  petani/tahun di tahun berikutnya,dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel analisis keuntungan rata-rata  petani/tahun

NO

URAIAN BIAYA KEGIATAN

VOLUME SATUAN

HARGA SATUAN(RP)

JUMLAH BIAYA

1

2

3

4

5

A

Sarana produksi

4

1.pupuk Urea

2.pupuk TSP

3.pupuk KCL

 200 kg

 100 kg

 100 kg

2500

3500

4000

   500 000

350 000

400 000

5

Insektisida dan sejenisnya

Herbisida

2 ltr

2 ltr

100 000

60 000

200 000

120 000

Total biaya sarana produksi

1 570 000

B

Tenaga kerja

1

Pembumbunan & pemupukan 1

10 HOK

50 000

   500 000

2

Pemupukan 2

5 HOK

50 000

    250 000

3

Penyemprotan gulma

2 HOK

50 000

    100 000

4

Pengendalian hama penyakit

4 HOK

50 000

    200 000

5

Pemeliharan cabang

4 HOK

50 000

    200 000

6

Panen dan Pasca panen

20 HOK

50 000

  1 000 000

Total biaya tenaga kerja

2 250 000

C

Biaya marginal(tak terduga) 20 % x 1 570 000 + 2 250 000

   764 000

Total biaya keseluruhan = 1 570 000+2 250 000 + 764 000

4 584 000

Penerimaan petani = 1000 kg x 20 000

20 000 000

Keuntungan = 20 000 000 – 4 584 000

15 416 000







Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa keuntungan yang akan diperoleh petani/tahun adalah Rp 15.416.000,-

3)   Petani dapat mengembalikan modal awal  pada tahun ke dua setelah tanaman tanaman menghasilkan.

c.    Pelaksanaan

·      Pembukaan Lahan

Penanaman tanaman kopi dilakukan dengan cara membuka lahan kebun warga sebesar 10 Ha. Pembukaan lahan kebun warga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan gergaji mesin. Hal tersebut dilakukan dengan manual karena lebih ramah lingkungan meskipun biaya cukup mahal dibandingkan dengan pembakaran. Pembukaan lahan tidak dilakukan sampai bersih karena gulma maupun tanaman liar yang ada nantinya dapat digunakan sebagai tanaman inang bagi musuh alami. Sehingga yang dilakukan hanya menebang tanaman yang besar dan berkayu.

·      Penanaman

Jenis tanaman kopi yang akan ditanam adalah kopi arabika. Pembibitan dapat dilakukan secara generative yaitu dengan menggunakan biji kopi arabika. Pada tahap pembibitan dilakukan penyemaian benih kopi terlebih dahulu sambil menyiapkan lahan yang nantinya digunakan untuk penanaman. Lahan yang akan digunakan dibuat teras individu dan ditanami tanaman penaung terlebih dahulu. Tanaman penaung dapat bersifat sementara atau permanen. Setelah tanaman penaung siap ditanami kopi kemudian dilakukan penanaman kopi di lahan.

Pembuatan lubang tanam dengan ukiran 60 x 60 x 60 cm dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m kemudian masukkan pupuk kandang atau pupuk kompos ke dalam lubang tanam. Penanaman dilakukan satu bulan setelah pembuatan lubang tanam agar pupuk yang dimasukkan ke dalam tanah dapat terdekomposisi terlebih dahulu dengan baik. Penanaman dilakukan dengan mebuka polybag dan membenamkan pada lubang tanam yang telah disediakan.

·      Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kopi dapat dilakukan dengan melakukan pemupukan, pemangkasan, maupun pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dari batang pokok. Pedoman dosis pemupukan kopi secara ringkas adalah pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Pedoman Dosis Pemupukan Kopi (Puslitkoka, 2006)


Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk tanaman yang sehat dan mengatur tinggi tanaman sehingga memudahkan perawatan dan pemanenan, memudahkan masuknya cahaya dan memperlancar aliran udara dalam tajuk, memudahkan pengendalian hama penyakit, mengurangi terjadinya perubahan hasil yang naik turun serta dampak dari pembuahan yang berlebih. Pada kopi arabika dapat dilakukan dengan menghilangkan cabang tua, cabang liar, cabang balik, cabang cacing, dan cabang yang tidak dikehendaki. Terdapat dua macam sistem pemangkasan, yaitu pemangkasan berbatang tunggal (single stem) dan pemangkasan berbatang ganda (multiple stem).

Secara garis besar penurunan produktivitas kopi ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Terdapat tiga (3) jenis OPT utama yang menyerang tanaman kopi yaitu hama (Hama Penggerek Buah Kopi atau PBKO), nematoda parasit (Pratylenchus coffeae) dan penyakit (Penyakit Karat Daun Kopi). Pengendalian OPT dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis, biologis, fisik, maupun kimia. Cara pengendalian tersebut disesuaikan dengan serangan OPT yang ada di lahan kopi.

·      Panen

Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam keadaan masak penuh.

·      Pasca Panen

Pengolahan pasca panen dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu basah dan semi basah. Tahapan pengolahan kopi cara basah adalah sebagai berikut: Panen Pilih -> Pengupasan kulit kopi HS -> Sortasi Biji Kering -> Pengeringan -> Pencucian -> Fermentasi -> Pengupasan kulit buah merah -> Sortasi Buah -> Pengemasan dan penyimpanan. Tahapan pengolahan kopi cara semi basah adalah sebagai berikut : Panen Pilih -> Sortasi Buah -> Pengupasan kulit buah merah -> Fermentasi + pencucian lendir -> Penjemuran 1-2 hari, KA ± 40 % -> Pengupasan kulit cangkang -> Penjemuran biji sampai KA 11 - 13 % -> Sortasi dan pengemasan -> Penyimpanan dan penggudangan.

d.   Pengawasan/pengendalian

Pengawasan/pengendalian merupakan usaha mengevaluasi kinerja usaha dan mengadakan tindakan yang dianggap perlu untuk menyesuaikan hasil pekerjaan agar dapat sesuai dengan yang diharapkan oleh Perkebunan Kopi. Dengan tindakan pengendalian akan dapat diketahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan para pegawai sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila ternyata ada penyimpangan dari rencana, selanjutnya diadakan tindakan perbaikan. Pengendalian juga merupakan suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik berupa informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.

3. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini disusun berdasarkan materi/topik yang dibahas oleh penulis saat presentasi buku Planning for Agricultural yaitu bab 8 menetapkan target dan mengalokasikan sumberdaya.

a.    Menetapkan Target

Target didefinisikan dengan jelas sangat penting untuk perencanaan yang baik. Bahkan ketika suatu tujuan didefinisikan dengan jelas, tidak selalu mudah untuk menentukan kesana-kemari, rencana apakah ada sumber daya yang tersedia untuk target yang akan dicapai sepenuhnya atau bahkan sebagian. Target-target yang sangat tinggi kadang dibenarkan atas dasar bahwa mereka diperlukan untuk menginspirasi tingkat upaya yang lebih besar. Kesulitannya adalah bahwa ketika target ditetapkan sangat tinggi, itu mungkin memiliki efek yang berlawanan.

Memang, jika target ditetapkan sedemikian tinggi sehingga jelas mustahil untuk dicapai, itu berisiko diabaikan. Maka gagal mengilhami upaya tingkat tinggi atau untuk membimbing perencana dalam pekerjaan yang tepat. Target dengan demikian adalah cara untuk mendapatkan spesifik tentang "siapa yang mendapatkan apa" dalam proses pengembangan, dan ini pasti mempengaruhi orang berbeda.

Dalam pemasaran komoditas kopi memiliki penetapan target pasar dengan langkah Targetting, Segmentasi dan Positioning. Berikut merupakan TSP:

 

·      Targeting

Target pasar yang dituju adalah industri pengolahan kopi dan kedai kopi di seluruh Indonesia maupun di ekspor ke luar negeri.

·      Segmentasi

Segmentasi pasar dibagi menjadi 2 yaitu berdasarkan gender dan demografis. Berdasarkan gender yaitu laki-laki dan perempuan, sedangkan berdasarkan demografis yaitu seluruh wilayah di Indonesia dan luar negeri

·      Positioning

Dengan karakteristik yang Kopi Khas Spesial, khususnya varietas java arabica coffee akan mampu mengikat hati konsumen dan mudah diingat di setiap kalangan pecinta kopi.

Jadi, sangat jelas bahwa jika dengan menetapkan target yang sangat tinggi yaitu mampu untuk menjangkau seluruh Indonesia hingga di ekspor keluar negeri maka diharapkan perkebunan kopi mampu untuk menjangkau segmen yang dimaksud dan menspesialisasi produksi kopi ke salah satu varietas seperti Java Arabica sehingga target yang ditetapkan tersebut dapat dicapai.

 

b.   Mengalokasikan Sumber Daya

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu. Kebutuhan tenaga kerja perkebunan kopi dipengaruhi oleh luas kebun, jenis pekerjaan, topografi dan iklim, teknologi, komposisi/umur tanaman. Untuk itu pengelolaan tenaga kerja harus memperhatikan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan tenaga kerja penting untuk dilakukan dalam menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik. Pekerjaan dalam pemeliharaan cukup banyak memerlukan biaya dan tenaga, dan merupakan syarat untuk mendapatkan tanaman yang baik. Selain itu kegiatan perkebunan kopi berfluktuasi sepanjang tahun karena adanya pekerjaan yang berkaitan dengan musim, lahan, curah hujan, dan bulan panen puncak dan panen rendah. Hal tersebut menunjukkan perlunya pengelolaan tenaga kerja yang cermat, efektif dan efisien.

Dengan kata lain kinerja perkebunan kopi sangat dipengaruhi dan bahkan tergantung pada kualitas dan kemampuan kompetitif sumber daya manusia yang dimilikinya. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan adalah:

a)    Pendidikan, merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia agar dapat menumbuhkan kesadaran tentang produktivitas serta mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

b)   Latihan, dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bekerja guna meningkatkan produktivitas. Dengan program latihan diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.

c)    Sikap dan Etika Kerja, seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan baik, penuh tanggungjawab adalah karyawan yang mempunyai sikap dan etika kerja yang baik, sehingga akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

d)   Gizi dan Kesehatan, merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimana makan dan minum bagi tenaga kerja merupakan sumber tenaga. 

 

B.     Penutup

Dari uraian perencanaaan perkebunan Kopi di atas maka dapat di tarik kesimpulan:

1.    Perencanaan perkebunan kopi sebaiknya dimulai dari evaluasi awal yaitu tujuan/target yang ingin capai; evaluasi proes meliputi pemilihan lokasi, pendanaan/biaya, pelaksanan dan pengawasan; evaluasi hasil dengan menentukan target pemasaran dan pengalokasian sumber daya yang efektif dan efisien.

2.    Bila dilihat dari pendapatan/keuntungan yang diperoleh dari perencanaan tersebut, maka perkebunan kopi layak untuk dilaksanakan dan prospek perkebunan kopi sangat terjamin dengan mampunya menembus pasar luar negeri dan diperdagangkan melalui bursa komoditi dan futures di New York dan London.

3.    Menurut data dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), para petani Indonesia bersama dengan kementerian-kementerian terkait berencana untuk memperluas perkebunan-perkebunan kopi Indonesia, sambil meremajakan perkebunan-perkebunan lama melalui program intensifikasi. Dengan meningkatkan luas perkebunan, produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke depan ditargetkan untuk mencapai antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton per tahun.

4.    Disebabkan oleh meningkatnya permintaan global dan domestik, dibutuhkan investasi di sektor kopi negara ini. Selain meningkatkan kuantitas biji kopi, kualitas juga diprediksi akan meningkat karena inovasi-inovasi teknologi. Kendati begitu, produksi kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil kopi lainnya. Di 2015, Indonesia memproduksi 741 kilogram biji robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per hektar. Di Vietnam, angka ini mencapai 1.500 kilogram per hektar di di Brazil mencapai 2.000 kilogram per hektar.

5.    Dalam pembuatan perencanaan perkebunan kopi, perhitungan biaya sebaiknya di sesuaikan dengan situasi ekonomi tempat usaha tani akan dijalankan

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Indonesia-Investment, 2019. Kopi. Diakses 31 Mei 2019 https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186

Mollet, J. A. 1984. Planning for Agricultural Development. London: Croom Hel.

Nurmalasari, Rizki. Dkk. 2016. Agribisnis/Agroteknologi Perkebunan. Universitas Brawijaya: Malang.

Sitanggang, Jujur T. N, dan Syaad Afifuddin Sembiring. 2013. Pengembangan Potensi Kopi Sebagai Komoditas Unggulan  Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 No.6, Juni 2013.

No comments:

Post a Comment