Powered By Blogger

Monday, July 20, 2020

Membangun Modal Manusia (Human Capital)

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai permasalahan terutama bagaimana tantangan pembangunan yang sedang terjadi saat ini. Harus diakui bahwa tantangan itu semakin lama, semakin berkembang menjadi kompleks dan beragam. Globalisasi membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan tangguh yang sanggup menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Bangsa yang kuat dan tangguh juga sanggup untuk mengubah berbagai tantangan itu menjadi peluang yang menguntungkan terhadap bangsa itu sendiri.

Dilihat dari SDM, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke adalah negara besar yang kaya akan sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun manusia yang dimiliki. Kekayaan sumber daya manusia mencakup aneka-ragam suku bangsa, adat-istiadat, dan budaya. Letak Indonesia secara ekonomi juga sangat strategis dalam lalu-lintas dunia, percaturan ekonomi, dan politik internasional.

Sebuah wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, tidaklah dengan sendirinya memberikan kemakmuran bagi warga masyarakatnya, jika sumberdaya manusia yang ada tidak mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi guna memanfaatkan sumberdaya alamnya. Sebaliknya, sebuah wilayah yang miskin sumberdaya alam, namun cakap dalam mengembangkan teknologi, ternyata lebih cepat berkembang dibandingkan

wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan manusia yang unggul. Hal ini berarti bahwa sumberdaya manusia ternyata memiliki peran penting dalam proses pemakmuran sebuah wilayah. Sumberdaya manusia berperan ganda, baik sebagai obyek namun sekaligus sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan yang sangat menentukan kemajuan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia, diakui mempunyai sumberdaya alam (SDA) yang sangat melimpah. Wilayah ini sesungguhnya sangat potensial untuk menjadi kekuatan ekonomi baik pada tingkat nasional, regional, maupun internasional. Sayangnya, sumberdaya manusia yang tersedia sangat terbatas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

 

 

B.     Tujuan

  1. Menjelaskan potret sumberdaya manusia yang terjadi saat ini yang berpengaruh terhadap pembangunan.
  2. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembangunan di Indonesia.
  3. Menjelaskan kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan sumberdaya manusia terutama dalam masalah pendidikan agar sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia saat ini.
  4. Menjelaskan peranan sumberdaya manusia yang dapat mengatasi permasalahan pembangunan di Indonesia.

 

C.    Landasan Teori

Modal sosial merupakan identitas atau jati diri bangsa yang harus dipupuk dan dijaga. Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Namun demikian modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self reinforcing) (Putnam, 1993). Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena tidak dipergunakan dengan baik. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain (Coleman 1988).

Para sosiolog sering membicarakan mengenai modal, seperti modal manusia, modal intelektual dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau diinvestasikan untuk kegiatan di masa yang akan datang. Modal manusia misalnya dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melakukan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimilikii manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal kultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam masyarakat.  Konsep mengenai modal manusia, intelektual dan kultural lebih sulit diukur, karena melibatkan pengetahuan yang dibawa orang dalam benaknya dan tidak mudah dihitung secara biasa.

Modal sosial yang juga konsep yang tidak gampang diidentifikasi dan apalgi diukur secara kuantitas dan absolut. Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat (strong community), masyarakat madani yang kokoh, maupun identitas negara bangsa (nation state identity). Modal sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayan, kohesivitas, altruisme, gotong-royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme, seperti meningkatnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat, dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan (Suharto, 2008).

Dua tokoh utama yang mengembangkan konsep modal sosial , yaitu Putnam dan Fukuyama, memberikan definisi modal sosial yang penting. Meskipun berbeda, definisi keduanya memiliki kaitan yang erat, terutama menyangkut konsep kepercayaan (trust). Putnam mengartikan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jaringan-jaringan dan dan kepercayaan yang memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dari sebuah komunitas.

Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam satu komunitas. Namun demikian pengukuran modal sosial jarang melibatkan interaksi itu sendiri. Melainkan,hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antar individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat individu dan tujuan suatu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya.

Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk  berbagai cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya secara pribadi. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung relatif lama. Interaksi ini melahirkan modal sosial yaitu ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan kemanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif panjang. Seperti halnya modal finansial, modal sosial seperti ini dapat dilihat sebagai sumber yang dapat digunakan baik untuk kegiatan atau proses produksi untuk saat ini, ataupun bagi kegiatan di masa depan.

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, cenderung merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan tampak adanya kecurigaan satu sama lain, merebaknya ”kelompok kita” dan “kelompok mereka”, tiadanya kepastian hukum dan keteraturan sosial, serta sering munculnya kambing hitam.

Di samping terdapatnya modal sosial bagi kemajuan pembangunan juga terdapat modal manusia yang dianggap juga mempengaruhi kemajuan pembangunan itu sendiri. Modal manusia yang mempengaruhi terdiri atas pendidikan dan kesehatan dalam pembangunan ekonomi. Menurut Todaro (2006), pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar; terlepas dari hal-hal lain, kedua hal itu merupakan hal yang penting. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga; keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Oleh karena itu, kesehatan dan pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Potret Sumberdaya Manusia Saat Ini yang Berpengaruh Terhadap Pembangunan

Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari kualitas sumberdaya manusianya. Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila sumberdaya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional yang dihasilkan sistem pendidikan.

Bangsa Indonesia seperti halnya dengan bangsa-bangsa lain di dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan pembangunan global. Harus diakui bahwa tantangan itu semakin lama tidaklah semakin ringan, akan tetapi justru berkembang menjadi semakin kompleks dan beragam. Di sisi lain, globalisasi juga membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan tangguh akan sanggup menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Bangsa yang kuat dan tangguh juga akan sanggup untuk mengubah berbagai tantangan itu menjadi peluang yang menguntungkan.

Bangsa Indonesia sejatinya adalah bangsa yang memiliki karakter positif yang kuat. Salah satu dari karakter itu adalah semangat kejuangan yang terbukti telah berhasil membawa bangsa ini merebut kemerdekaannya dan tampil sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Oleh karena itu, di tengah maraknya tantangan pembangunan global yang sangat berat, menjadi kewajiban bagi segenap komponen bangsa untuk saling memberikan pencerahan dan saling berupaya membangun dan menumbuhkembangkan kembali karakter kejuangan itu.

Karakter kejuangan dan karakter positif bangsa lainnya itu harus dapat kita jadikan sebagai modalitas potensial untuk menghadapi tantangan global. Bangsa-bangsa yang maju dan berhasil menjadi negara terkemuka, umumnya memiliki warga bangsa dengan karakter positif, capaian pribadi yang prestisius, serta beragam capaian pribadi lainnya yang membanggakan. Karakter bangsa yang maju juga umumnya tercermin dari pola sikap warga bangsanya yang memahami sepenuhnya bahwa kesejahteraan dan tujuan bangsa hanya dapat dicapai melalui kreativitas dan kerja keras.

Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun karakter warga bangsanya itu tidak cukup hanya dengan menerapkan tatanan dan peraturan hukum yang kuat di kalangan masyarakatnya, akan tetapi juga harus ditopang oleh keberadaan sistem pembangunan tata-nilai di masyarakat, yang mengedepankan tercapainya pengokohan nilai-nilai positif karakter bangsa. Di sisi lain, ketidaksanggupan sebuah bangsa dalam melakukan pembinaan karakter warga bangsanya berpotensi untuk menghadirkan beragam masalah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa.

Secara mendasar kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenai dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti seluas-luasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan kemanan.

 

B.     Pembinaan Karakter Sumberdaya Manusia Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Pembangunan di Indonesia

Pembinaan karakter itu sangat erat korelasinya dengan kekuatan yang dimiliki bangsa dalam menyelenggarakan pembangunan. Karakter positif suatu bangsa adalah energi penggerak utama (prime energy) yang akan mendayagunakan semua modalitas yang dimiliki bangsa itu dalam mencapai cita-cita pembangunan.

Dalam kaitan itu, maka untuk menjadikan modalitas nasional menjadi kekuatan yang akan menjadikan Indonesia menjadi negara maju, kita harus mengedepankan pembangunan karakter dan watak bangsa yang positif. Pembangunan karakter yang akan menjadikan rakyat Indonesia menjadi kumpulan masyarakat pekerja keras, penuh semangat juang yang tinggi, mampu bekerjasama secara produktif dengan sesama warga bangsa, untuk menjadikan bangsanya yang maju dan berhasil dalam pembangunan.

Perubahan modalitas nasional menjadi kekuatan yang akan menjadikan Indonesia menjadi negara maju, harus mengedepankan pembangunan karakter dan watak bangsa yang positif. Pembangunan karakter yang akan menjadikan rakyat Indonesia menjadi kumpulan masyarakat pekerja keras, penuh semangat juang yang tinggi, mampu saling bekerjasama secara produktif dengan sesama warga bangsa, untuk menjadikan bangsanya yang maju dan berhasil dalam pembangunan.

Pembinaan moral dan karakter bangsa sangat terkait erat dengan peningkatan kualitas pembangunan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, maka pemerintah telah bertekad untuk menjadikan pendidikan menjadi landasan utama dalam pembinaan dan penumbuhkembangkan karakter positif bangsa. Untuk itu maka pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan pendidikan harus diarahkan pada tiga hal pokok, yaitu:

Pertama, pendidikan sebagai sarana untuk membina dan meningkatkan jati diri bangsa untuk mengembangkan seseorang sehingga sanggup mengembangkan potensi yang berasal dari fitrah insani. Pembinaan jati diri akan mendorong seseorang memiliki karakter yang tangguh yang tercermin pada sikap dan perilakunya.

Kedua, pendidikan sebagai media utama untuk menumbuhkembangkan kembali karakter bangsa Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah, bergotong-royong, tangguh, dan santun.

Ketiga, pendidikan sebagai tempat pembentukan wawasan kebangsaan, yaitu perubahan pola pikir warga bangsa yang semula berorientasi pada kesukuan menjadi pola pikir kebangsaan yang utuh. Melalui wawasan kebangsaan dapat dibangun masyarakat yang saling mencintai, saling menghormati, saling mempercayai, dan saling melengkapi satu sama lain, dalam menyelesaikan berbagai masalah pembangunan.

Di tengah terpaan krisis keuangan dan beragam krisis lainnya yang berskala global, maka pembinaan karakter dan moral positif bangsa merupakan solusi yang paling efektif untuk mampu bersikap optimis dan rasional. Karakter dan moral positif bangsa akan mendorong kita untuk tetap bekerja keras, produktif, dan pada akhirnya akan menjadikan kita mampu mengubah berbagai tantangan yang menerpa menjadi peluang yang menguntungkan.

 

C.    Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Manusia Terutama Dalam Masalah Pendidikan Agar Sesuai Dengan Keadaan Masyarakat Indonesia Saat Ini

Dalam kaitan dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah mengedepankan strategi “pertumbuhan disertai pemerataan” atau “growth with equity”, yang ditujukan mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Strategi tersebut telah memberikan dampak yang positif baik pada percepatan penurunan tingkat pengangguran terbuka maupun tingkat kemiskinan. Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,5%, kini telah berhasil diturunkan menjadi 8,5% pada Februari 2008. Begitu pula, tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 17,7% pada tahun 2006 menjadi 15,4% pada Maret 2008.

Pemerintah melakukan terobosan besar dalam pembangunan pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebanyak 20% dari APBN 2009, atau berkisar Rp. 200 Trilyun. Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah bertekad untuk melakukan perbaikan dalam pembangunan pendidikan untuk mewujudkan terciptanya pendidikan nasional yang unggul dan berkualitas. Demikian pula, upaya peningkatan kesejahteraan rakyat juga akan terus ditingkatkan. Anggaran untuk penanggulangan kemiskinan yang telah meningkat sekitar tiga kali lipat dalam kurun waktu 2005-2008, akan terus ditingkatkan pada tahun 2009 mendatang.

Indonesia membutuhkan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang dilakukan secara bertahap dalam upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dibuatlah Undang-undang terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 (UU No.17 tahun 2007)

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangs dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan, visi, misi dan arah pembangunan nasional.

RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RPJM Nasional. Pentahapan pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi dan Program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program dan lintas kementrian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

 

D.    Peranan Sumberdaya Manusia Berkualitas Dalam Mengatasi Permasalahan Pembangunan di Indonesia

SDM adalah modal dasar pembangunan yang terdiri atas dimensi kuantitatif yaitu jumlah dan struktur penduduk, serta dimensi kualitatif yaitu mutu hidup penduduk. Di samping itu, SDM juga merupakan faktor dominan yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembangunan guna memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional yaitu antara lain kualitas manusia dan masyarakat Indonesia dan penguasaannya terhadap IPTEK, serta disiplin nasional yang merupakan perwujudan kepatuhan kepada hukum dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Kemajuan suatu bangsa berbanding lurus dengan tingkat pendidikan penduduk, tingkat kesehatan penduduk, usia harapan hidup, tingkat pendapatan penduduk dan pemerataan pendistribusian kesejahteraan. Hal – hal tersebut tidak berdiri sendiri, semakin tinggi tingkat pendapatan suatu keluarga, misalnya, semakin mampu pula keluarga tersebut menjaga kesehatannya dan meningkatkan pendidikan anggota keluarganya. Setelah itu, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesehatan, semakin tinggi pula produktifitas dan kemampuan untuk meningkatkan pendapatan.

Suatu bangsa dapat dikatakan semakin mandiri bila bangsa tersebut semakin mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan kekuatan sendiri. Salah satu syarat yang harus terpenuhi adalah peningkatan kualitas SDM yang tercermin dari semakin banyak tenaga profesional yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya. Kualitas SDM begitu penting, baik sebagai tenaga penggerak atau pelaku pembangunan maupun sebagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. SDM sebagai inti pembangunan adalah merupakan salah satu input (faktor) yang menentukan keberhasilan pembangunan, maupun sebagai output atau yang ingin dihasilkan dari proses pembangunan nasional tersebut.

Secara mendasar kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenai dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi tantangan-tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti seluas-luasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan kemanan.

Kualitas SDM merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa seperti telah dibuktikan oleh berbagai negara, diantaranya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura. “Kebangkitan Ekonomi Asia” yang telah berhasil mendorong kemajuan ekonomi secara spektakuler tersebut tidaklah bertumpu pada kekayaan alam yang melimpah ataupun ketersediaan tenaga kerja murah, melainkan pada kualitas SDMnya. Dalam rangka mengejar ketertinggalan, peningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan IPTEK, informasi dan keahlian manajerial sehingga perlu diberikan prioritas utama pada upaya memperkuat basis pendidikan. Investasi human capital akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Pertumbuhan ekonomi yang disebut oleh Bank Dunia sebagai the East Asian Miracle di negara-negara yang disebut “Macan Asia” itu, justru dikarenakan mereka berhasil dalam investasi human capital-nya.

Karenanya, pembangunan SDM Indonesia diarahkan pada potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga yang dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum; pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK dalam penyelenggaran pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan nilai tambah pembangunan; dan kesejahteraan rakyat yang senantiasa memperhatikan bahwa setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan yang layak serta berkewajiban ikut serta dalam uapaya mewujudkan kemakmuran rakyat.

Salah satu visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasila adalah memperkuat jatidiri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antar umat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

Dalam arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka panjang, terdapat ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok  dalam hal ini pada aspek Terwujudnya Masyarakat Indonesia Berakhlakmulia, Bermoral, Beretika, Berbudaya, dan Beradab ditandai oleh hal-hal berikut:

1.      Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan falsafah pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis dan berorientasi IPTEK.

2.      Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya peradaban, harkat dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri dan kepribadian bangsa.

Arah pembangunan jangka panjang dalam upaya mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab adalah sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Disamping itu kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasonal yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaaan;

1.      Pembangunan agama diarahkan untuk menetapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan. Di samping itu pembangunan agama diarahkan pula untuk meningkatkan kerukunan hidup antar umat beragama dengan meningkatkan rasa saling percaya dan harmonis antar keompok masyarakat sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toeransi, tenggang rasa dan harmonis.

2.      Pembangunan dan pemantapan jatidiri bangsa ditujukan untuk mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern, dan unggul. Jati diri tersebut merupakan kombinasi antara nilai luhur bangsa seperti religus, kebersamaan dan persatuan, serta nilai modern yang universal, mencakup etos kerja dan prinsip tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan jati diri bangsa tersebut dilakukan melalui transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi tata nilai budaya bangsa yang mempunyai potensi unggul dan memantapkan nilai modern yang membangun.

Suatu bangsa dapat dikatakan semakin mandiri bila bangsa tersebut semakin mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan kekuatan sendiri. Salah satu syarat yang harus terpenuhi adalah peningkatan kualitas SDM yang tercermin dari semakin banyak tenaga profesional yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya. Intinya, kualitas SDM begitu penting, baik sebagai tenaga penggerak atau pelaku pembangunan maupun sebagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Dengan kata lain, SDM sebagai inti pembangunan adalah merupakan salah satu input (faktor) yang menentukan keberhasilan pembangunan, maupun sebagai output atau yang ingin dihasilkan dari proses pembangunan nasional tersebut.

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Kemajuan pembangunan ekonomi terdiri atas beberapa faktor di antaranya, karakter bangsa yang termasuk modal sosial, sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam yang melimpah. Terlepas dari itu semua, terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia seperti adanya modal manusia terutama dalam hal pendidikan dan kesehatan. Adanya pembinaan karakter sangat erat korelasinya dengan kekuatan yang dimiliki bangsa dalam menyelenggarakan pembangunan. Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah secara ekonomi juga sangat strategis dalam lalu-lintas dunia, percaturan ekonomi, dan politik internasional. Selain itu, terdapat modal manusia yang juga mempengaruhi kemajuan ekonomi dalm pembangunan seperti pendidikan dan kesehatan.

B.     Saran

Sumberdaya manusia dan alam yang melimpah diharapkan dapat dipergunakan sesuai dengan aturan. Sebagai modal sosial yang berkualitas, manusia yang memiliki karakter bangsa yang kuat memiliki peran penting dalm kemajuan pembangunan di Indonesia. Karakter kejuangan dan karakter positif bangsa lainnya itu harus dapat kita jadikan sebagai modalitas potensial untuk menghadapi tantangan global yang saat ini sedang terjadi.

 

 DAFTAR PUSTAKA

 

1.    http://www.setneg.go.id/index.php?Itemid=241&id=3208&option=com_content&task=view. Karakter Bangsa Sebagai Modal Sosial Untuk Menghadapi Tantangan Pembangunan Global. 

2.    http://pekerja-sosial.blogspot.com/2010/04/visi-pembangunan-nasional-dan-lunturnya.html Visi Pembangunan Nasional Dan Lunturnya Modal Sosial. Ife, Jim dan Frank Tiserio. 2008. “Community Development, Alternatif.

3.    http://udiutomo.blog.friendster.com/2008/11/dicari-sdm-berkualitas-penyelamat-bangsa-23. Dicari: SDM Berkualitas Penyelamat Bangsa.

4.    Lawang, Robert MZ. 2004. “Kapital Sosial, Dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar”. Jakarta: UI Press.

5.    Suharto, Edi. 2008. “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”. Bandung: Alfabeta.

6.    Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. “Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.




Tugas Makalah Ekonomi SDM dan Ketenagakerjaan

Oleh Kelompok 1 :


1.            Aco Saparuddin (1196140050)

2.            Irwansyah (1296140027)

3.            Siti Nurmawati (1396140001)

4.            Muh. Abdillah Pratama (1396140005)

5.            Markus Karel Sasefa (1396140010)

6.            Muhammad Fajri (1396141004)

7.            Suwandi (1396141008)

8.            Akdin (1396141012)

9.            Ilham (1396141017)

10.         A. M. Arafandi (1396142004)

11.         Sofyan Effendi (1396142008)

12.         Ahmad Faiz Amir (1396142012)

13.         Iksan Riansa (1396142016)

14.         Dinda Intan Maharani (1396142023)

15.         Reni Anggraeni (1396142027)

16.         Fajar Wijaya (1396142031)


                                          

Ekonomi Pembangunan

 

 

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

T.A. 2014/2015


No comments:

Post a Comment