BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu
proses kegiatan bepergian sementara waktu menuju tempat lain diluar tempat
tinggalnya. Sedangkan bisnis pariwisata adalah aspek kegiatan kepariwisataan
yang berorientasi pada penyediaan jasa periwisata. Suatu laporan
yang ditulis oleh EStoril seminar mengatakan bahwa dalam hal mencari tempat
untuk bersenang – senang, ada kecendrungan pada Negara – negara yang sedang
berkembang untuk menjadikan cahaya matahari , laut, pantai, pasir sebagai daya
tarik dalam berkunjung kedaerah tersebut. Dengan cara demikian pembangunan
pariwisata menjadi suatu yang mudah untuk mendorong pembangunan ekonomi yaitu
dengan mengeksploitasi keindahan alam untuk mengatasi kesukaran dalam devisit
neraca pembayaran yang dialaminya.
Pada saat ini dapat dikatakan tidak ada satu
orangpun yang dapat hidup tanpa orang lain. Oleh karena itu setiap orang
bekerja sama dengan orang lain, bahkan orang – orang yang berasal dari Negara
lain termaksud dalam kegiatan ekonomi dan pariwisata. Negara – Negara
berkembang ( developing countries) salah satunya yakni Indonesia kini banyak
menaruh perhatian besar pada industri yang berhubungan dengan Pariwisata. Hal
ini jelas terlihat dengan banyaknya
program pengembangan pariwisata. Hanya saja
program yang direncanakan apakah dipertimbangkan matang atau tidak ?
dan apakah keuntungan yang akan diperoleh lebih besar
dibandingkan dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh pariwisata
sebagai suatu industry.
B. PERMASALAHAN
Terkait hal diatas terdapat berbagai
permasalahan dalam aspek pariwisata yang kompleks, yakni menyamgkut permintaan
dan penawaran pariwisata, pentingnya tenaga kerja, infrastruktur kredit serta
investasi dalam menunjang pariwisata dan juga pariwisata sebagai penghasil
devisa Negara
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan tugas atau
makalah ini yakni Menguraikan berbagai aspek pariwisata antara lain menyangkut
permintaan dan penawaran pariwisata, pentingnya tenaga kerja, infrastruktur
kredit serta investasi dalam menunjang pariwisata dan juga pariwisata sebagai
penghasil devisa Negara
BAB II
PEMBAHASAN
ASPEK – ASPEK EKONOMI PARIWISATA
A. PERMINTAAN DAN PENAWARAN PARIWISATA
Permintaan suatu wisata adalah banyaknya
kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang.Meningkatnya
jumlah pengunjung pada suatu areal wisata khusus wisata dapat disebabkan karena
:
1. Areal wisata tersebut mempunyai potensi yang
menarik
2. Kebutuhan rekreasi meningkat
3. Tersedianya sarana dan prasarana yang
ditunjang oleh fasilitas akomodasi
Penawaran suatu objek wisata adalah kualitas
dan kuantitas sumberdaya yang ada untuk digunakan pada waktu luang.
Sumberdaya alam yang terdiri dari unsur fisik
lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara serta
atribut lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai – nilai
tertentu seperti keindahan, kelangkaan, keunikan, kekhasan, keanekaragaman,
bentang alam, serta keutuhan sumberdaya alam. Dalam menilai penawaran objek
wisata (khusus wisata alam) dan pengembangannya ada beberapa faktor penting
yang dinilai ( Dirjen PHPA, 1993), yaitu :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal
dari objek wisata tersebut :
a. Daya tarik
Daya tarik merupakan suatu factor yang dapat membuat orang
berkeinginan untuk berkunjung dan melihat secara langsung keindahan alam,
banyaknya sunbberdaya alam yang menonjol, kebersihan udara dan lokasi, ruang
gerak pengunjung dan kepekaan sumberdaya alam
b. Pengelolaan Penawaran dan Pelayanan
Pengelolaan, perawatan dan pelayanan merupakan suatu kegiatan
untuk memanfaatkan objek wisata sehingga pengunjung mendapatkan kepuasan dalam
kunjungannya juga untuk pelestarian dari objek itu sendiri. Unsur – unsurnya
adalah status pengelolaan, jumlah pegawai, pendapatan perbulan, dana anggaran,
sumber dana, status pegawai, mutu pelayanan, kemampuan bahasa dan sarana
perawatan dan pelayanan
c. Tersedianya air bersih
Adanya aIr bersih merupakan faKtor yang penting dalam pengembangan
suatu objek wisata. Unsur – unsurnya adalah dapat tidaknya air dialirkan ke
objek wisata, jarak sumber air dengan lokasi objek
d. Kondisi Perhubungan
Kondisi perhubungan merupakan suatu indikasi yang menyatakan
mudah tidaknya suatu objek wisata dijangkau dengan melihat unsur –unsur seperti
kondisi jalan, jumlah kendaraan dikabupaten objek wisata tersebut berada,
frekuensi kendaraan umum dari unsur penyebaran wisata ke objek wisata tersebut
dan jumlah alat transportasi umum menuju lokasi tersebut dan lain – lain
e. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan adalah keadaan lingkungan alam maupun
masyarakt setempat. Unsur – unsurnya adalah tata guna tanah atau perencanaan,
status pemilikan tanah, kepadatan penduduk, sikap masyarakat, tingkat pengangguran,
mata pencaharian penduduk, pendidikan, media yang masuk, dampak sumberdaya
biologis dan sumber daya fisik
f. Kondisi Iklim
Kondisi iklim merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi jumlah kunjungan dengan melihat unsur –unsurnya yaitu pengeruh
iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara musim kemarau, jumlah bulan kering
dan kelembaban rata – rata pertahun, rata – rata penyinaran matahari pada musim
hujan, kecepatan angina pada musim kemarau dan rata- rata kelembaban udara
pertahun
g. Akomodasi
Akomodasi merupakan factor penunjang dalam kegiatan wisata
khususnya bagi pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh. Unsurnya adlah
jumlah hotel , kamar, penginapan yang paling tidak dipusat kota yang terdekat
dengan objek wisata
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal
dari luar objek wisata
a. Potensi pasar
Potensi pasar merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil
tidaknya pemanfaatan suatu objek wisata, menyangkut peluang dan kunjungan yang
berhubungan dengan jumlah penduduk sebagai konsumen. Unsur – unsur yang menjadi
potensi pasar adalah jumlah penduduk berdasarkan zonasi, kepadatan penduduk,
lokasi berdasarkan zonasi per kilometer persegi dan jarak objek wisata tersebut
ke pusat kota
b. Hubungan dengan objek wisata lain
Dalam pengembangan objek wisata, disuatu pihak perlu juga
memperhatikan objek wisata lain (sejenis maupun tidak sejenis) yang
disekitarnya agar dapat menunjang jumlah kunjungan, tetapi dlain ipihak
merupakan saingan baginya objek yang akan dikembangkan
c. Prasarana dan sarana penunjang
Prasarana dan sarana penunjang yang berada dikecamatan tempat
objek wisata tersebut berada sangat penting. Unsur – unsurnya yaitu pasarana,
sarana penunjang, fasilitas khusus dan fasilitas kegiatan wisata
B. PENTINGNYA TENAGA KERJA DAN INFRASTUKTUR UNTUK MENUNJANG
INDUSTRI PARIWISATA
Pengembangan pariwisata harus merupakan
pengembangan berencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang
optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi social dan kultural. Disamping
itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan
pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata
Peranan pemerintah dalam mengembangkan
pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastuktur (tidak hanya
dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi
antara aparatur poemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum
keluar negeri.Tidak dapat disangkal bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia
terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana
angkutan, keadaan infrastruktur, dan sarana – sarana pariwisata yang menuju ke
dan terdapat di daerah – daerah tersebut.Hal – hal inilah yang sesungguhnya
menjadi pokok persoalan. Mengembangkan kesemuanya secara simultantidak mungkin
karena untuk itu dibutuhkan biaya yang besar, padahal dana yang tersedia
terbatas, karena itu pengembangan pariwisata haruslah berdasarkan skala
prioritas. Dalam pengembangan selanjutnya pemerintah harus menitikberatkan pada
peranan periwisata terhadap kesejahteraan social, penggunaan tanah,
perlindungan terhadap lingkungan social dan alam, serta pada pelestarian
tradisi dan kebudayaan.Bukan hanya terbatas pada perencanaan dan pengembangan
proyek – proyak pariwisata saja, melainkan secara lebih menyeluruh dan
terpadu.Seperti yang lebih berkali – kali dikemukakan, pariwisata menyangkut
segala aspek kehidupan manusia.
Prajogo dalam Spilane 1985 menyatakan bahwa
Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata tertentu mempertimbangkan hal –
hal berikut :
1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus
menyeluruh, sehingga seluruh segi pengembangan pariwisata diperhitungkan dengan
memperhatikan pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan
sector lain.
2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan,
karena pengembangan pariwisata saling terkait dengan sector lain dan dapat
mempengaruhi sector lain
3. Pengembangan pariwisata harus dikembangkan
sedemikian rupa, sehingga dapat membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar
luas Dalam masyarakat
4. Pengembangan periwisata harus sadar lingkungan
sehingga mencerminkan ciri –ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu Negara,
bukannya justru merusak lingkungan alam dan budaya yang khas itu.
5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan
sedemikian rupa, sehingga sedapat mungkin harus menampakan perubahan –
[erubahan social yang positif
6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus
disusun sejelas – jelasnya berdasar pertimbangan – pertimbangan yang masak
sesuai dengan kemampuan.
7. Pencataatan ( monitoring )secara terus menerus
mangenai pariwisata terhadap sesuatu masyarakat dan lingkungan, akan merupakan
bahan yang baik untuk diluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang
merugikan, sehingga merupakan sarana pengendalian pengembangan yang terarah.
Apabila pengembangan ditinjau dari sudut
pelaksanaannya yang lebih bersifat teknis operasional, maka yang harus
diperhatikan adalah :
1. Pembinaan produk wisata
Pembinaan produk wisata merupakan usaha terus menerus untuk
meningkatkan mutu maupun palayanan.Pembinaan tersebut dapat berupa berbagai
kombinasi usaha – usaha seperti pendidikan dan pelatihan. Pengaturan atau
pengerahan pemerintah, memberi rangsangan, ataupun terciptanya kondisi iklim
persaingan sehat yang mendorong peningkatan atau mutu produk dan pelayanan
2. Pemasaran
Secara umum pemasaran adalah sebagai kegiatan untuk
mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapatkan kepuasan
dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sekecil – kecilnya.
Pengembangan daerah pariwisata pasti menimbulkan perubahn –
perubahan social dikalangan masyarakat setempat. Untuk mencegah perubahan itu
menuju kearah yang negative perencanan yang mencakup aspek social merupakan
satu –satunya cara yang efektif. Dua hal yang perlu dilakukan oleh pihak
pemerintah dan para perencana.
1. Melakukan penelitian dampak social yang
mungkin ditimbulkan sehingga dampak positif bisa dimaksimalkan dan dampak
negative diperkecil
2. Sejauh mungkin mengikutsertakan masyarakat
setempat dalam perencanaan dan pengembangan. Penduduk setempat harus diusahaan
agar sadar bahwa mereka mempunyai kepentingan terhadap keberhasilan daerah
pariwisata yang bersangkutan.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian
pariwisata, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :
Keuntungan pariwisata :
1. Membuka kesempatan kerja
2. Menambah pendapatan daerah
3. Menambah devisa Negara
4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli
5. Menunjang gerak pembangunan di daerah
Kerugian Pariwisata
1. Mempengaruhi neraca pembayaran
2. Merusak lingkungan
3. Pencurian benda – benda kuno
4. Berubahnya kesenian dan upacara tradisional
5. Timbulnya industry seks
6. Merosot mutu barang kerajinan
7. Dampak negative pada lingkunagn
Hal – hal yang berhubungan dengan pemasaran antara lain :
a. Paduan Pengelolaan Produk
Konsumen atau pengunjung memerlukan jenis – jenis jasa objek
wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata adalah sarana social ekonomi,
yang untuk seluruhnya atau sebagian menghasilkan barang atau jasa yang
digunakan oleh wisatawan seperti : Hotel, Rumah Makan, resort- Resort (daerah
wisata), sarana olahraga, sarana keperluan studi, menikmati hiburan atraksi
seni budaya, untuk berbelanja dan menikmati hasil kerajinan tangan. Semua
kebutuhan akan sarana dan jasa – jasa ini harus ditumbuhkan, dipelajari dan
dikembangkan. Hal terpenting yang perlu diingat adalah pemeliharaan, yakni
pemeliharaan warisan budaya, pemeliharaan lingkungan alam dan peninggalan
sejarah.
b. Paduan Proses Penyebaran
Hal itu mencakup proses pengangkutan untuk membawa konsumen pada
produknya. Kunci hasil dari pelaksanaan pemasaran adalah pelayanannya
c. Paduan Komunikasi dan Penerangan
Tanpa komunikasi konsumen tidak akan sadar tentang tersedianya
produk yang emnarik. Konsumen harus diberi tahu, diperkenalkan, ditarik dan
didorong agar mau mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Dalam proses ini
dilakukan berbagai pendekatan
1. Pendekatan dengan cara sales Promotion
2. Pendekatan yang bersifat image Promotion
(Gambar, kesan)
Sarana yang dipergunakan bisa sama, yang berbeda hanya cara
pendekatan. Industry bias menggunakan gaya sales promotion maupun gaya dalam
usaha manarik kunjungan wisatawan
3. Pendekatan melalui Pendidikan, Latihan dan
Penyluhan, terutama pendidikan ditujukan pada staf biro – biro perjalanan dsan
juru – juru penerang dari organisasi kapariwsataan nasional.
4. Pendekatan melalui jasa penerangan
d. Paduan jasa Pelayanan
Fasilitas pariwisata yang tepat dipadu pelayanan yang baik oleh
pejabat – pejabat yang berurusan dengan wisatawan seperti pejabat pebean,
pejabat imigrasi, pejabat kesehatan, polisi dan sebagainya sangat menunjang
dalam usaha manarik wisatawan
C. KREDIT DAN INVESTASI UNTUK MENUNJANG PARIWISATA
Suatu
kegiatan investasi adalah kegiatan dimana kita menggunakan sejumlah uang dengan
harapan memperoleh manfaat dan dapat merencanakan pembiayaannya serta
pelaksanaannya sebagai satu satuan kegiatan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali dan baru menghasilkan
manfaat beberapa tahun kemudian (Kuntjjoro, 1982)
Investasi dibutuhkan bagi pengembangan sektor
pariwisata dan hal ini memerlukan system informasi yang baik mengenai supplay
dari sector tersebut yang terdiri dari unsur –unsur daya tarik alam, hasil
ciptaan manusia dan juga demand yaitu permintaan dalam kepariwisataan seperti
pemandangan alam yang indah, udara yang segar, cahaya matahari dan lainnya (
Yahya, 1985).
Para wisatawan yang datang keindonesia dapat dibagi dalam tiga
katagori, yaitu :
1. wisatawan internasional pengeluaran tinggi
2. wisatawan internasional pengeluaran rendah
3. wisatawan domestik
Para wisatawan internasinal pengeluaran tinggi
sering disebut dalam studi pariwisata. Khususnya dinegara berkembang para
wisatawan yang bersangkutan dating dari Negara Negara yang lebih maju,
termaksud Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Belanda, Inggris,
Prancis dan Eropa Barat. Mereka selalu dating dengan menggunakan pesawat dan
tinggal dengan waktu yang relative singkat, akomodasi dihotel –hotel dengan
standar kelas tinggi. Perjalanan di Indonesia dilakukan dengan pesawat, taksi,
bus turis dan kadang – kadang dengan kereta api.
Para wisatawan internasional pengeluaran
rendah sering kali terdiri dari pelajar, (khusus mahasiswa)Untuk akomodasinya
mereka mencari penginapan yang murah.
Turis domestik masih sedikit jumlahnya di
Indonesia. Sebagian besar hanya untuk mengunjungi teman – teman atau sahabat-
sahabat .Namun demikian karena di Negara yang sedang berkembang ada
kecerundrungan yang tinggi untuk menghabiskan tambahan penghasilanuntuk
rekreasi diharapkan bahwa katagori turis ini semakin lama semakin penting.
Turis –turis domestik dan kelas rendah
menggunakan fasilitas – fasilitas yang ditujukan bagi rakyat.Pada umumnya tidak
ada bentuk – bentuk investasi khusus yang diperlukan untuk melayani
mereka.Namun, kalau diukur pengaruh perkapita turis domestik dan kelas rendah
mungkin sekali mempunyai suatu akibat ekonomis yang lebih kuat daripada turis
kelas tinggi.Indonesia dijelajahi oleh banyak Turis semacam ini. Strategi yang dikembangkan
yakni dengan membangun fasilitas – fasilitas apa saja yang diperlukan bagi
turisme domestik seperti membangun prasarana penunjang, tersediaanya jaringan
trasportasi jalan beraspal agar mempermudah perjalanan, membangun berbagai
usaha jasa seperti biro – biro jasa perjalan, penginapan, restoran – restoran
atau warung – warung makan, cinderamata dan jasa pariwisata lainnya dan
kemudian untuk menyambut kedatangan orang yang ingin mengunjungi Indonesia
sesuai dengan fasilitas yang diinginkan.
D. KEDUDUKAN PARIWISATA SEBAGAI PENGHASIL DEVISA
1. Periwisata sebagai “Quick Yielding Industry”
Dalam pariwisata Quick Yielding Industri berarti cepat
menghasilkan. Dengan mengembangkan pariwisata sebagai industry, perolehan
devisa yang dibutuhkan oleh pembangunan ekonomi lebih cepat diperoleh
dibandingkan dengan melakukan pengiriman komoditi ke luar negeri ( ekspor) yang
memakan waktu relative lebih lama. Oleh karena itu pariwisata merupakan salah
satu alternative untuk memperoleh lebih cepat dengan mengembangkan pariwisata
sebagai penghasi devisa Negara
2. Pariwisata sebagai Insible Export
Insible export berarti eksport yang tidak nyata, karena memang
tidak ada barang atau komoditi yang dikirim keluar negeri. Devisa diperoleh
dengan menarik wisatawan datang berkunjung disuatu Negara. Bila wisatawan
datang kenegara atau daerah tujuan wisata maka mereka akan membelanjakan
uangnya untuk semua kebutuhan dan keinginananya selama tinggal didaerah atau
suatu kota tertentu. Jadi dalam insible export devisa diperoleh secara langsung
dari wisatawan ketika mereka membayar bermacam – macam kebutuhan yang umumnya
terdiri dari :
1. Biaya menginap dihotel (accommodation)
2. Biaya makan dan minum selama berkunjung ( food
and beverages)
3. Biaya menyaksikan hiburan (entertainment)
4. Biaya belanja cinderamata dan oleh – oleh
lainnya (purchases)
5. Biaya sightseeing dan tours disetiap kota /
DTW yang dikunjungi
6. Biaya transportasi local
7. Biaya keperluan lain – lain (others)
3. Kedudukan pariwisata sebagai penghasil devisa
Pada dasarnya, masuknya devisa sector pariwisata bukan saja dari
pengeluaran wisatawan (touris expenditure) akan tetapi berasal dari beberapa
transaksi sebagai berikut :
1. Menerima visa feee sewaktu calon wisatawan
meminta visa dikedutaan besar Indonesia diluar negeri ( Negara asal wisatawan)
2. Hasil penjualan tiket maskapai penerbangan (
bila wisatawan menggunakan Garuda)
3. Biaya taksi dari bandara ke hotel
4. Biaya penginapan dihotel atau yang lainnya
5. Biaya taksi atau angkutan lain untuk shopping
dan sebagainya
6. Feee perpanjangan visa bila diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dariuraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Aspek aspek ekonomi pariwisata terdiri dari
permintaan dan penawaran pariwisata, pentingnya tenaga kerja, infrasruktur,
kredit dan investasi dalam menunjang kegiatan pariwisata serta pariwisata dapat
dijadikan sebagai salah satu penghasil devisa Negara.
2. Permintaan suatu wisata adalah banyaknya
kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang
sedangkanPenawaran suatu objek wisata adalah kualitas dan kuantitas sumberdaya
yang ada untuk digunakan pada waktu luang, hal tersebut dinilai dari Sumberdaya
alam yang terdiri dari unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa,
geomorfologi, tanah, air, udara serta atribut lingkungan yang menurut anggapan
manusia memiliki nilai – nilai tertentu seperti keindahan, kelangkaan,
keunikan, kekhasan, keanekaragaman, bentang alam, serta keutuhan sumberdaya
alam
3. Pentingnya tenaga kerja yang professional
dalam menunjang pariwisata, selain itu infrastruktur juga menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya dalam pengembangan pariwisata, karena dengan adanya
fasilitas – fasilitas yang tersedia akan membuat wisatawan tertarik untuk
mengunjungi tempat wisata tersebut. Untuk itu dibutuhkan iklim investasi serta
kredit yang baik atas kerjasama pemerintah dengan pengusaha agar pariwisata
dapat dijadikan sebagai salah satu yang dapat menunjang kesejahteraan ekonomi
masyarakat, terutama yang dekat dengan tempat wisata tersebut
4. Kedudukan pariwisata dalam menghasilkan devisa
dapat dikatakan sebagai Quick Yielding Industri berarti cepat menghasilkan dan
Insible export yang berarti eksport yang tidak nyata.
B. SARAN
Perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, pihak swasta
dan masyarakat agar terwujudnya iklim pariwisata yang baik di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Hadinoto K, 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Spillane J, 1987, Ekonomi Pariwisata Sejarah Dan Prospeknya.
Cetakan kanesius, Yokjakarta.
Gamal Suwantoro, Dasar-
Dasar Pariwisata.Yokjakarta : Andi 2004
No comments:
Post a Comment