Powered By Blogger

Saturday, September 13, 2014

Tugas Hasil Penelitian Tentang Ilmu Sosial Budaya Di Kabupaten Sinjai


Selayang Pandang Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sinjai. Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 225.000 jiwa.

Sejarah
Kabupaten Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan yakni Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang terjadi di antara mereka.
Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai pada masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya.
Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya "PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO" artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.
Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.
Agresi Belanda tahun 1559 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.
Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan peran terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG ( PUANG CELLA MATA) Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolah dengan tegas.
Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembangian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.
Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.
Dan pada tanggal 17 Pebruari 1960 Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingakat II Sinjai yang Pertama.
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 8 (delapan) orang putra terbaik dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak H. Sabirin Yahya, S.Sos.
Motto : Sinjai Bersatu
Sinjai Bersatu adalah motto Kabupaten Sinjai. Motto ini memiliki makna yang dalam dan merupakan harapan, tekad serta keinginan masyarakat Sinjai. Motto ini juga menggambarkan keinginan masyarakat Sinjai untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam pembangunan daerah pada berbagai aspeknya. Sinjai Bersatu juga merupakan dua kata yang dirangkai dari kata Sinjai yang menunjukkan bumi dan masyarakat Sinjai, sedangkan BERSATU selain makna dan harapan menunjukkan keinginan untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan kesatuan, juga memiliki makna khusus dalam bentuk huruf yang merangkainya kata BERSATU yaitu :
Huruf B = Bersih
  • Bersih hati dan niat untuk bersatu padu memajukan bangsa dan daerah serta bersih untuk mementingkan kelompok dan diri sendiri.
  • Bersih pikiran dari hal-hal yang negatif dan dapat merugikan orang lain, dan sebaliknya selalu berfikir kreatif dan produktif.
  • Bersih lingkungan dalam arti masyarakat Sinjai cinta dan bertekad untuk mewujudkan Sinjai yang bersih dari sampah, polusi dan limpah.
Huruf E = Elok
Masyarakat Sinjai ialah masyarakat yang memiliki keramahtamahan, bersahabat serta mendambakan lingkungan sekitar yang asri, cantik sehingga elok dipandang mata baik lahir maupun batin.
Huruf R = Rapi
Bahwa apa yang telah bersih dan Rapi itu perlu tetap terpelihara secara berkesinambungan, dapat lebih tertata rapi dan apik. Untuk itu perlu pula adanya kebersatuan masyarakat berupa organisasi kecil yang rapi pula baik ditingkat Dasa Wisma atau RT dan RW yang bertanggungjawab mengatur dan menjaga kerapian setiap tenpat atau lokasi yang telah ditetapkan bersama.
Huruf S = Sehat
Karena masyarakat sudah bersatu hati, pikiran dan gerakan untuk hidup bersih, elok dan rapi, maka dengan sendirinya akan terciptalah masyarakat yang sehat. Sehat dalam arti yang sebenarnya yaitu sehat jiwa dan mentalnya, sehat fisik dan tubuhnya serta sehat pergaulan lingkungan sosialnya. Maka bila masih ada anggota masyarakat yang belum mampu hidup sehat dan perlu bantuan biaya pengobatan dan lain-lain maka masyarakat haruslah bersatu untuk membantu melalui pengumpulan Dana Sehat Masyarakat Sinjai, yang dalam awal tahun ini dikembangkan menjadi program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA).
Huruf A = Aman
Aman adalah sebuah kata yang “ paripurna” dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, sebab meskipun masyarakat hidup sehat dalam arti yang utuh, tanpa rasa aman maka itu tidak berarti apa-apa, karena itu kata ini tidaklah dipilih sekedar simbol tetapi ia menjadi komitmen sebagai bentuk jaminan pemerintah dan masyarakat untuk selalu memelihara, menjaga dan selalu berupaya untuk menciptakan rasa aman itu, mulai dari lingkungan terkecil sekalipun.
Huruf T = Tekun
Tekun atau ketekunan adalah suatu semangat atau roh yang ada dan terus dipelihara oleh individu-individu dalam masyarakat Sinjai, karena hanya dengan melalui ketekunan itulah semua upaya dan cita-cita baik secara pribadi ataupun bersama-sama (bersinergi) diyakini dapat diwujudkan. Karena itu ketekunan identik dengan kerja keras. Semangat inilah yang selama ini terpelihara sebagai warisan kearifan dari para pendahulu dengan motto : RESOPA TE MANGINGI MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA. (Hanya dengan kerja keras mudah mendapatkan rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa)
Huruf U = Unggul
Memasuki era kompetisi saat ini dan yang akan datang, maka kata unggul atau keunggulan itu adalah merupakan suatu keharusan yang harus diciptakan sebagai kekuatan baru agar tetap survive. Menjadi suatu keyakinan bersama bahwa jika masyarakat hidup sehat dalam suasana aman dan tekun dalam bekerja dan belajar akan melahirkan inovasi-inovasi baru, yang nantinya menjadi embrio dari suatu keunggulan. Unggul tentunya tidak dalam segala hal, sebab juga diyakini oleh pemerintah dan masyarakat memiliki keterbatasan-keterbatasan di luar kendalinya. Tetapi yang pasti bahwa keunggulan yang diinginkan adalah unggul atau cerdas dalam mengelola potensi sumber daya yang dimilikinya. SINJAI BERSATU sebagai motto, kini telah menjadi semacam “ brand image” masyarakat dan pemerintah. Untuk menyebut kata Sinjai misalnya, dalam wacana-wacana tertentu sebagai penggugah semangat, tidaklah lengkap tanpa kata BERSATU.

 

Pemerintahan

Bupati

  1. Mayor Abdul Lathief (1960 - 1963)
  2. Andi Azikin (1963 - 1967)
  3. Drs. H. Muh. Nur Thahir (1967 - 1971)
  4. Drs. H. Andi Bintang (1971 - 1983) 2 Periode
  5. H. A. Arifuddin Mattotorang, SH (1983 - 1993) 2 Periode
  6. H. Muh. Roem, SH, M.Si (1993 - 2003) 2 Periode
  7. Andi Rudiyanto Asapa, SH, LLM (2003 - 2013) 2 Periode
  8. H. Sabirin Yahya, S.Sos ( 2013-sekarang )

Wakil Bupati

  1. Nursyamsu Mus, S.Sos (2003-2008)
  2. Andi Massalinri Latief, S.Sos (2008-2013)
  3. Andi Fajar Yanwar, SE ( 2013-sekarang )
Iklim
Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April - Oktober , dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April. Selain itu ada 3 (tiga) type iklim (menurut Schmidt & Fergusson) yang terjadi dan berlangsung di wilayah ini, yaitu iklim type B2, C2, D2 & type D3.
  • Zona dengan iklim type B2 dimana bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan berturut – turut , sedangkan bulan kering berlangsung 2 – 4 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Sinjai Timur & Sinjai Selatan .
  • Zona dengan iklim type C2, dicirikan dengan adanya bulan basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan, sedangkan bulan keringnya berlangsung selama 3 – 5 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan. Sinjai Timur , Sinjai Selatan & Sinjai Tengah
  • Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah selama 3 – 4 bulan & bulan keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan. Penyebarannya meliputi wilayah bag. Tengah Kabupaten Sinjai , yaitu sebagian kecil wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan & Sinjai Barat.
  • Zona dengan iklim type D3, bercirikan dengan berlangsungnya bulan basah antara 3 – 4 bulan ,& bulan kering berlangsung antara 3 – 5 bulan . Penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan. Sinjai Barat, Sinjai Tengah & Sinjai Selatan
Dari keseluruhan type iklim yang ada tersebut , Kabu paten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara 2.000 - 4.000 mm / tahun, dengan hari hujan yang bervariasi antara 100 – 160 hari hujan / tahun.
Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 - 87 persen, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 21,1oC - 32,4oC.
Demografi
Hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Kabupaten Sinjai berjumlah 228.879 jiwa. Dengan Kepadatan penduduk 286 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun 0,79 persen/tahun. Berikut adalah penduduk Kabupaten Sinjai, per Kecamatan Tahun 2010 :
  1. Kecamatan Sinjai Utara : 43.467 jiwa (1 kelurahan dan 8 desa)
  2. Kecamatan Sinjai Timur : 28.971 jiwa (1 kelurahan dan 12 desa)
  3. Kecamatan Sinjai Tengah : 25.966 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
  4. Kecamatan Sinjai Barat : 22.985 jiwa (1 kelurahan dan 8 desa)
  5. Kecamatan Sinjai Selatan : 37.055 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
  6. Kecamatan Sinjai Borong : 15.901 jiwa (1 kelurahan dan 7 desa)
  7. Kecamatan Bulupoddo : 15.681 jiwa (7 desa)
  8. Kecamatan Tellu Limpoe : 31.448 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
  9. Kecamatan Pulau Sembilan : 7.405 jiwa (4 desa yang merupakan wilayah kepulauan)

Kondisi geografis

Sinjai secara geografis terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau Buton.
Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba (di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .
Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha).



Hasil Penelitian Tentang Ilmu Sosial Budaya
Di Kabupaten Sinjai

A. Kebudayaan yang ada di Kabupaten Sinjai
1.       Pembacaan bara sanji, di saat ada acara sunatan atau perkainan dan acara-acara besar lainnya.
2.       Tahapan Upacara Kematian, Dari sekian banyak upacara adat yang dilaksanakan di desa Bugis ada satu upacara adat yang disebut Ammateang atau Upacara Adat Kematian yang dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis saat seseorang dalam suatu kampung meninggal dunia. Keluarga, kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat, selain itu ada juga yang membawa passolo (amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita). Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan dan seterusnya sebelum semua anggota terdekatnya hadir. Barulah setelah semua keluarga terdekatnya hadir, mayat mulai dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota keluarganya sendiri.
3.      Marimpa Salo, Tradisi yang di beri nama marimpa salo, dimana tradisi marimpa salo digelar untuk merayakan panen hasil laut. Tradisi marimpa salo digelar masyarakat yang bermungkim di daerah pesisir pantai sinjai utara, dan sinjai timur, dimana setiap tahunya mereka mengelar acara tradisi menghalau ikan dari hulu hingga ke muara sungai. Saat perayaan marimpa solo digelar, juga dibarengi dengan pementasan tari appadekko yang menggambarkan ritual masyarakat nelayan, menikmati hasil tangkapan ikan, selain itu juga diselingi dengan ketangkasan adu silat, sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat pesisir, setelah mereka menikmati hasil tangkapan selama setahun mereka berjuang mencari nafkah di lautan lepas. Kabupaten sinjai yang dihuni oleh komunitas suku bugis, memiliki banyak aneka ragam tradisi adat dan budaya, serta di hiasi beberapa lokasi objek wisata, diantaranya sembilan pulau kecil yang tersebar di perairan laut sinjai. Selain itu juga terdapat objek wisata situs purbakala yang lokasinya berada di bebukitan, yaitu objek wisata gojeng atau batu page, dimana terdapat banyak batu situs peninggalan raja-raja, dan didukung dengan keindahan panorama alam yang selama ini dijadikan sebagai objek wisata, selain itu kabupaten sinjai. juga didukung dengan kekayaan hasil laut, serta hasil pertanian dan perkebunan.
4.      Maddui’, Atraksi Budaya Adat Karampuang Sinjai, Nyanyian dan lantunan syair-syair indah yang dikenal dengan elong paddui’ menandai awal dimulainya prosesi maddui’ atau menarik kayu. Namun sebelum kayu berukuran besar ini ditarik dari dalam hutan, terlebih dahulu dilakukan prosesi ritual adat yang dipimpin Pinati yang merupakan perangkat adat. Pinati didampingi perangkat adat lainnya. Setelah prosesi ritual adat berakhir, syair-syair elong paddui’ yang dipandu perangkat adat mengalun merdu. Seratusan warga yang datang,  langsung mengambil posisi sembari memegang tali dari ranting kayu. Dalam tradisi maddui’, posisi menarik kayu dari arah depan dan memanjang disebut Hellareng. Dengan perlahan dan penuh semangat, warga serta pendukung komunitas adat Karampuang ini menarik dan menghela kayu dari dalam hutan untuk dibawa ke rumah adat Karampuang.  Jarak yang harus ditempuh dari sumber kayu ini diambil ke kawasan rumah adat  berkisar 500 meter. Kendati jaraknya tidaklah terlalu jauh bagi ukuran warga pada umumnya, namun medan yang harus dilewati perangkat adat dan warga yang menarik kayu ini terbilang sulit. Sesekali mereka harus melewati gundukan tanah. Bahkan sela-sela bebatuan. Tidak jarang dibutuhkan alat bantu berupa batang kayu untuk memudahkan pekerjaan para penarik kayu. Ketika penarik kayu terlihat lelah, Puang Gella dan perangkat adat lainnya sesekali memompa semangat mereka dengan syair-syair elong paddui’. Syair-syair yang di lantungkan juga bukanlah sembarang syair . Alunannya di sesuaikan dengan kondisi penarik kayu dan medan yang dilewati. Bagi Puang Gella yang juga perangkat adat karampuang, pekerjaan menarik kayu dari dalam hutan terasa sangat ringan dilakukan karena dikerjakan secara bersama-sama. Bukan hanya warga di sekitar rumah adat, namun warga dari desa lain pun datang membantu. Secara harfiah, Maddui diartikan dengan menarik atau menghela.  Dalam prosesi Maddui, yang ditarik adalah sebatang kayu yang diperuntukkan  bagi rumah adat  sebagai pengganti dari bagian rumah yang mengalami kerusakan, seperti tiang, panampa serta pareha leppa. Untuk mewujudkan rasa kebersamaan dan persatuan, maka kayu tersebut tidak dibolehkan untuk dipikul atau menggunakan sarana transportasi. Dalam keyakinan mereka, hanya orang kuat sajalah yang dapat berpartisipasi bila kayu itu dipikul. Namun bila ditarik, orang lemah, orang tua bahkan anak-anak sekalipun dapat berperan serta. Maddui’ adalah salah satu unsur budaya yang tetap lestari hingga kini. Melestarikan tradisi ini berarti kita ikut berperan melestarikan tradisi budaya bangsa kita. 
B.  Peradaban yang ada di Kabupaten Sinjai
1.        Kampung Adat Tradisional Karampuang
Kampung tradisional Karampuang terletak di desa Tompobulu Kec. Bulupoddo, kurang lebih 31 km dari pusat kota Sinjai, Karampuang merupakan asimilasi dari nama tempat dimana digambarkan sebagai pertemuan antara Karaeng (suku Makasar) dan Puang (suku Bugis). Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang menyebutnya Karampuang.
Karampuang sendiri merupakan nama sebuah dusun/perkampungan tua yang tetap melestarikan kebudayaannya. Upacara-upacara adat ritual kuno tetap bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Walaupun saat ini teknologi dan pola hidup modern mulai merambah kawasan adat ini.
Dalam kawasan adat akan dijumpai dua buah rumah adat dengan berbagai simbol keberadaan sejarah bagi masyarakat Sinjai. Selain rumah adat akan ditemukan pula berbagai benda yang bernilai sejarah tinggi seperti Goa Cucukan yang berisi batu bertulis mirip prasasti, sumur adat, dolmen kuburan-kuburan kuno dan sumur Karampuang yang besar. Di kawasan ini pula diadakan pesta adat terbesar di Sinjai yaitu Mappogau Sihanua dimana di pesta ini dapat kita temui para pemuka adat Karampuang, aparatur pemerintah baik tingkat daerah maupun propinsi dan masyarakat umum.
Sebagai rumah adat yang bersimbol wanita, maka penempatan tangga rumah adat Karampuang terletak di tengah yang melambangkan rahim wanita yang merupakan tempat keluarnya bayi. Tangga ini mempunyai  pintu  yang disebut dengan batu lappa dengan pemberat dari batu  yang bundar yang menyimbolkan bagian intim wanita. Karena posisi pintu yang rata dengan lantai rumah maka untuk membukanya haruslah menolak ke atas untuk menggeser  pemberat batu tersebut.
Posisi dapur diletakkan sejajar posisi pintu yang memiliki simbol sebagai buah dada wanita  yang merupakan sumber kehidupan. Sesuai dengan buah dada wanita, dapur pada rumah adat Karampuang juga berjumlah dua buah.
Untuk simbol telinga wanita, dilengkapi dengan bate-bate kiri dan bate-bate kanan dengan hiasan ukiran kayu yang bermakna anting-anting sedang bagian bahu digambarkan dengan sonrong  yakni tangga yang ditinggikan dan diletakkan di depan rumah dan belakang yang difungsikan sebagai tempat tinggal penghuni. Sebagai tangan yang berfungsi untuk menggenggam maka sonrong bagian belakang rumah ditempatkan semua arajang yakni benda sakral, pelengkap adat.
2.      Taman Purbakala Batu Pake Gojeng
Salah satu primadona wisata di Kabupaten Sinjai adalah taman purbakala Batu Pake Gojeng yang terletak di ketinggian 50-96 meter diatas permukaan laut, tepatnya di Kel. Biringere, Kec. Sinjai Utara, sekitar 2 km dari pusat kota Sinjai.
Batu Pake Gojeng merupakan batu pahatan yang berada di Gojeng dan dipercayai sebagai batu bertuah bagi masyarakat setempat. Puncak taman purbakala Batu Pake Gojeng merupakan markas pertahanan Jepang dan tempat pengintaian terhadap kapal laut yang melintasi teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu.
Dari ketinggian ini, Anda bisa memandang jauh deretan Pulau Sembilan dengan jejeran hutan bakau Tongke-Tongke yang rimbun serta laut biru yang menghampar di atas terumbu karang Larea-rea.
Selain memiliki potensi objek wisata alam, Benteng Balangnipa juga mempunyai nilai histories tersendiri yang kaya akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada tahun 1982, oleh Rescue Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik, tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.
Masing-masing peninggalan ini, mewakili peninggalan pada zamannya masing-masing. Peninggalan Megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang dengan diameter yang variatif antara 15-70 cm yang tersusun secara acak dan dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil dan diapit oleh dua buah lubang besar. Terdapat pula bongkahan alami yang memiliki ukuran  yang bervariasi serta batu berpahat persegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya dimana yang berukuran paling besar dipercayai sebagai makam raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama.
Bukti peninggalan arkeologis ini telah dirapikan dan dijejer sepanjang jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs, berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara (Casuarinas sp), kalumpang (Stercuilla), pohon cenrana yang sudah tua, kelapa (Cocos nucifera), kamboja (Plumera accuminata), akasia (Casia sp) serta bougenville (Bougenvillea spectabilis). Selain flora, terdapat pula berbagai jenis fauna khususnya bangsa burung seperti burung rajawali Sumatera, burung beo, burung nuri Kalimantan, burung kutilang, serta jenis burung lainnya.
Dalam mendukung kepariwisataan di lokasi ini pemerintah setempat telah melengkapi dengan sarana pendukung (caravanning sites) seperti renovasi rumah adat taman purbakala serta fasilitas lainnya seperti permandian yang telah tua yang diyakini sebagai tempat permandian para raja, refreshing kid dengan taman bermain anak-anak seperti ayunan dan luncuran.
3.      Benteng Balangnipa
Selain Fort Rotterdam dan Bentang Somba Opu, Benteng Balangnipa adalah salah satu benteng terbesar di Sulawesi Selatan, bentuknya pun hampir sama dengan Fort Rotterdam. Benteng Balangnipa terletak di Kel. Balangnipa, Kec. Sinjai Utara, Kab. Sinjai dengan jarak 1 km dari pusat kota.
Bentuk asli dari Benteng Balangnipa terbuat dari batu gunung yang diikat dengan lumpur dari Sungai Tangka dengan ketebalan dinding  Siwali reppa (setengah depa).  Kemegahan dan kekokohan Benteng Balangnipa dimulai sejak awal abad XVI sekitar tahun 1557 oleh kerajaan Tellulimpoe (Lamatti, Tondong, Bulo-Bulo) dengan bentuk dan struktur bangunan yang menghadap ke Utara dengan pemandangan Sungai Tangka yang bermuara antara Teluk Bone dengan pusat Kota Sinjai.
Benteng ini merupakan saksi sejarah perlawanan kerajaan Tellulimpoe dalam menentang agresi militer jajahan kaum kulit putih dalam sejarah perjuangan  terbesar yang dikenal dengan nama Rumpa’na Mangngara Bombang yang terjadi pada tahun 1859-1961.
Empat buah Bastion (pertahanan) yang membentuk segi empat oval merupakan salah satu alat perang yang digunakan oleh kerajan Tellulimpoe dalam menolak serangan Belanda. Namun ketidakseimbangan kekuatan dalam hal persenjataan menyebabkan Benteng Balangnipa berhasil direbut oleh pasukan Belanda pada tahun 1859.
Setelah Belanda berkuasa di wilayah persekutuan kerajaan Tellulimpoe, Benteng Balangnipa dijadikan sebagai markas pertahanan bagi Belanda untuk membendung serangan pribumi persekutuan kerajaan Telllulimpoe. Sebuah meriam perunggu yang panjangnya 96 cm merupakan jejak peninggalan Belanda di benteng ini.
C.  Nilai-nilai Luhur Kabupaten Sinjai
Nilai-nilai yang dikembangkan adalah nilai-nilai luhur yang berkembang dan menjadi harapan masyarakat Sinjai serta nilai-nilai yang diadopsi dari prinsip-prinsip penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yakni :
  • Sirui’menre’tessirui no’, Mali Sipareppe, Malilu Sipakainge. Kalimat ini mengandung nilai dan semangat persatuan, kebersamaan, kesetiakawanan untuk saling mendukung dan saling mengingatkan.
  • Sipakatau. Saling menghormati antara satu dengan yang lain sebagai wujud pengakuan atas kesederajatan manusia ciptaan Tuhan
  • Lempu (jujur) Getteng (tegas, berani dan kuat dalam pendirian), Ada Tongeng (berpegang pada kebenaran), Temmappasilaingeng (berlaku adil pada semua pihak)
  • Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya
  • Akuntabilitas. Setiap keputusan, kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik
  • Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjaminkemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai
  • Efektif dan efisien. Menjamin terselenggaranya pelayanan masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab
  • Partisipatif Mendorong setiap warga untuk menyampaikan pendapat dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
  • Religiusitas. Seluruh aktivitas Pemerintah Daerah, DPRD, swasta dan masyarakat dilandasi dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.
D. Manusia, Keragaman dan Kesetaraan 
·     Matike, diartikan sebagai mewaspadai. Pada masyarakat bahari norma seperti ini dipahami dan berfungsi dalam memanfaatkan potensi laut sesuai kebutuhannya baik untuk kepentingan sesaat, maupun untuk kepentingan masa yang akan datang. Kaitannya dengan lingkungan sosial di Lappa ditemukan beberapa individu yang melaksanakan aktivitas ekonomi seperti yang dilakukan oleh salah satu informan (Hatta, wawancara tanggal 24 Januari 2013) yang mengemukakan bahwa diantara pedagang ikan di pelelangan sangat memperhatikan perkembangan kondisi jual-beli ikan. Faktor alam (cuaca) sangat diperhitungkan karena berpengaruh pada pasokan ikan dan harga ikan dalam kondisi cuaca yang buruk dapat berubah drastis. Diantara pedagang ikan sedikit banyak mampu mengatasi persoalan permintaan pasar dengan melakukan rasionalisasi terhadap harga ikan. Begitu pula dengan jenis-jenis ikan yang ditawrkan, para pedagang ikan telah memiliki pengetahuan tentang harga ikan berdasarkan jenis, dan pengetahuan jenis ikan berdasarkan musimnya yang menyebabkan mereka ketika musim tertentu mempersiapkan modal untuk dapat mendapatkan ikan  yang diinginkan sesuai dengan permintaan pasar.
·      Mabulo Sibatang, diartikan bersatu. Nilai ini dipahami sebagai terwujudnya interkoneksitas antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Mayarakat Lappa memeliki kecenderungan dalam konsep nilai ini pada model strukutur sosialnya terutama relevansinya pada relasi gender. Data pengamatan di PPI Lappa bahkan pasar yang ada di kompleks tersebut menemukan mayoritas pedagang atau penjaja jualan didominasi oleh kaum perempuan. Meskipun data statistik mengenai jumlah mereka, namun setidaknya nuansa yang tertangkap pada fenomena yang ada di PPI Lappa dan pasar tersebut cukup signifikan. Wawancara dengan salah satu informan (Hartati, wawancara tangal 25 Januari 2013) mengemukakan bahwa sejak semakin berkembangnya pasar dan PPI Lappa, semakin banyak perempuan yang beraktivitas ditempat tersebut sebagai pedagang maupun penjual. Ia juga menuturkan bahwa apa yang mereka lakukan tidak lain adalah tuntutan ekonomi.

·      Sipakatongeng, (saling mempercayai). Dalam ranah eknomi, nilai ini sangant penting dalam relasi-relasi usaha yang di PPI Lappa. Saling mempercayai merupakan modal sosial utama untuk kemudian bereprduksi ke dalam pranata ekonomi. Kita ambil fakta di lapangan dengan mengamati aktivitas pelelangan ikan. Beberapa nelayan  yang menjaul ikannya di PPI Lappa tidak sedikit yang mempercayakan hasil tangkapannya kepada pa’cata atau broker yang emmeliki keterampilan dalam melelang ikan, disamping itu peran merekan dalam struktur ekonomi  juga memperlihatkan jaringan mereka dengan dunia bisnis yang cukup komlpleks dalam sistem jual-beli di Lappa. Peran  pa’cata apabila cukup sukses dalam memberikan keuntungan kepada nelayan telah mempercayakan hasil tangkapannya untuk di lelang akan menjadi kontinum dalam relasi bisnis ke depannya. Diantara kedua relasi tersebut, memberikan nilai keuntungan yang dilandasi nilai sipakatongeng. Pada penggambaran ini cukup jelas terlihat nilai sipakatongeng menjadi fondasi utama dalam pranata eknomi, sebagai modal kultural, nilai telah terkonversi menjadi modal ekonomi.
E.  Sains, Teknologi yang ada di Kabupaten Sinjai

·      ICT di Kabupaten Sinjai

Dalam era digitalisasi dewasa ini, perkembangan dunia informasi begitu pesat, bahkan telah memberikan angin perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dimana berbagai informasi telah merambah keseluruh sektor kehidupan masyarakat, tidak terkecuali Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), yang mulai digemari oleh masyarakat dunia dewasa ini, bahkan dunia informasi dengan menggunakan internet hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan telah menikmati teknologi informasi, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan dan langkah kerja sama dalam pengendalian dan penanganan informasi yang terintegrasi dan terkoordinasi melalui kebijakan lintas instansi antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota khususnya dalam penyampaian informasi yang berbasis ICT guna mewujudkan pemerintahan yang baik dalam memberikan informasi cepat kepada masyarakat.
Oleh karena itu melalui Dinas Komunikasi Informatika Kebudayaan Kepariwisataan Kabupaten Sinjai yang merupakan ujung tombak pemerintah kabupaten dalam menyampaikan informasi, tentu memiliki tanggung jawab besar dan sekaligus menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi kepada masyarakat, sehingga berbagai program yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sadar akan informasi, diantaranya telah melaksanakan pendidikan internet gratis yang dilaksanakan mulai tahun 2005 sampai sekarang, yang dilaksanakan setiap hari pada Dinas Komunikasi Informatika Kebudayaan Kepariwisataan Kabupaten Sinjai. Menindaklanjuti program Pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi Informasi, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang berinisiatif melaksanakan program ICT Pura yang dirancang untuk memenuhi sejumlah obyektif utama, yaitu untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap kabupaten dan kota dalam menghadapi era ekonomi digital yang akan dimulai pada tahun 2015, untuk mengukur besaran gap rill antara lain target  dan kondisi sebenarnya pada setiap kabupaten dan kota agar dapat disusun strategi nasional untuk menghasilkan solusi serta untuk memberikan motivasi,dukungan, insentif, dan apresiasi bagi kabupaten dan kota yang bekerja keras dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui beragam program pembangunan dan penerapan TIK diwilayah masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Sinjai mengelola langsung bantuan pusat untuk dimanfaatkan secara maksimal untuk masyarakat diantaranya PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan) di Kantor Kecamatan Sinjai Tengah dan Sinjai Selatan. Demikian juga Mobil Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) yang dikelola langsung oleh Diskominfobudpar. Dengan dikelola oleh pemerintah kabupaten maka biaya operasional dianggarkan sehingga dalam pelayanannya ke masyarakat tidak dibebankan biaya lagi (gratis).
Terdapat Galeri Internet (media center) bertempat di Diskominfobudpar Sinjai yang memberikan layanan informasi publik. Galeri internet ini beroperasi hingga jam 22.00, menyediakan internet gratis untuk pengunjung serta menjadi helpdesk untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pengguna teknologi informasi. Galeri Internet gratis ini sudah beroperasi sejak tahun 2005.
Layanan Hotspot Internet 24 jam. Diskominfobudpar Sinjai juga menyediakan akses hotspot gratis yang bisa digunakan masyarakat selama 24 jam. Selain di Diskominfobudpar layanan hotspot gratis ini ada di beberapa unit kerja lingku pemerintah kabupaten sinjai dan obyek wisata.
Terdapat Early Warning System yaitu Ranet yang memantau informasi tentang Gempa dan Tsunami. Selain Ranet terdapat juga AWS (Automatic Weather System) yang melaporkan informasi terkini kondisi cuaca.
F.   Masyarakat dan Lingkungan Alam di Kabupaten Sinjai
 Menikmati panorama alam di Kabupaten Sinjai, tidak lengkap rasanya jika kita berpelesiran kearah utara Sinjai saja. Dibagian timur laut Kabupaten Sinjai jejeran dan rimbunan hutan bakau yang tertata alami pesisir laut Tongke-Tongke menampakkan keindahan panorama alam serta ribuan kelelawar yang bergelantungan pada tiap bulan April sampai pada bulan September mengikuti musim adaptasi lingkungan spesies binatang  tersebut. Berkunjung ke obyek wisata hutan bakau Tongke-Tongke yang terletak di Kecematan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, sekitar 7 km dari pusat kota Sinjai dengan menggunakan trnsportasi darat, dan sekitar 5 menit menggunakan tansportasi laut. Pada tahun 1993 Kabupaten Sinjai dalam pengembangan dan penghijauan pesisir salah seorang penanaman bakau mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Soeharto, karena atas kerja keras dan keuletan menyelamatkan biota laut dan keaneka ragaman hayati yang tersimpan rapi dipesisiran Tongke-Tongke, memancing para pihak peneliti bahkan investor luar untuk memberikan asumsi dan kerja sama pengelolan dengan melihat keadaan marfologi laut yang diikuti sumber daya alam kepariwisataan. Sehingga sampai sekarang kawasan mangrove ini dijadikan sebagai kunjungan wisatawan yang terbukti banyak di minati oleh kalangan mancanegara. Desa Tongke-Tongke dengan kekayaan hutan bakaunya lebih dikenal dengan laboratorium bakau Sulawesi Selatan dimana pengembangan Sulawesi Selatan dimana pengembangan hutan bakau yang memiliki luas areal 786 Ha, yang dikembangkan dengan swadaya dan budidaya masyarakat secara murni. Sebuah jalan kayu yang telah permanent sepanjang 250 m dengan fasilitas shelter serta villa terapung dalam kawasan yang telah menjadi momok utama dalam pengembangan kepariwisataan sebagai bukti animo masyarakat melalui pemerintah untuk  semaksimal bersinergi dalam mengelolah asset wisata tersebut. Disamping itu, masyarakat setempat dan pemerintah telah menyediakan sarana trnsportasi laut yang bersandar dipesisir dalam hutan bakau yang mana dipersiapkan bagi wisatawan mancanegara atupun local untuk lebih menikmati keindahan hutan bakau dari luar dan biota laut serta keanekaragaman hayati yang menyatu dengan alam hutan bakau. Dari sektor perkebunan dan perikanan juga telah memfasilitasi sebuah sanggar tani yang dijadikan sebagai pusat pelatihan bakau dan aktifitas para sanggar tani wanita yang lebih berorientasi pada pemeliharaan bakau dan pengembangan disektor perikanan

No comments:

Post a Comment