Selayang Pandang Kabupaten Sinjai
Kabupaten
Sinjai adalah salah
satu Daerah
Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sinjai.
Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 225.000 jiwa.
luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 225.000 jiwa.
Sejarah
Kabupaten
Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding dengan
kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari
beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi
Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang
berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan yakni Tondong, Bulo-bulo dan
Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan
tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala
Suka.
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system
pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara
kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau
yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui
Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke
bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke
dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan
tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan
peperangan yang terjadi di antara mereka.
Bila ditelusuri
hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai pada masa lalu,
maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali
kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya.
Hal ini
diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk
memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya
"PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO" artinya satukan keyakinan
Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar
dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.
Eksistensi dan
identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin
jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan
nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi
Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama
Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga)
kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda
melalui perang Manggarabombang.
Agresi Belanda
tahun 1559 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal
nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559
Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.
Tahun 1636
orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai
menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya Belanda
unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di suilawesi Selatan.
Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap
orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan
peran terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini
disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG.
Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari
Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG ( PUANG CELLA MATA) Bulo-Bulo XXI agar
menerima perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor
Dagang di Lappa tetapi ditolah dengan tegas.
Tahun 1861
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah
Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster
Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembangian
administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai
bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai
terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong,
Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.
Pada masa
pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan
kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan
1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.
Dan pada tanggal
17 Pebruari 1960 Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingakat II Sinjai
yang Pertama.
Hingga saat ini
Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 8 (delapan) orang putra terbaik dan saat
ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak H. Sabirin Yahya, S.Sos.
Motto : Sinjai Bersatu
Sinjai Bersatu adalah motto Kabupaten Sinjai. Motto
ini memiliki makna yang dalam dan merupakan harapan, tekad serta keinginan
masyarakat Sinjai. Motto ini juga menggambarkan keinginan masyarakat Sinjai
untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta
sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam pembangunan daerah pada berbagai
aspeknya. Sinjai Bersatu juga merupakan dua kata yang dirangkai dari kata
Sinjai yang menunjukkan bumi dan masyarakat Sinjai, sedangkan BERSATU selain
makna dan harapan menunjukkan keinginan untuk membangun dan mempertahankan
kebersamaan, persatuan kesatuan, juga memiliki makna khusus dalam bentuk huruf
yang merangkainya kata BERSATU yaitu :
Huruf B =
Bersih
- Bersih hati dan niat untuk bersatu padu memajukan bangsa dan daerah serta bersih untuk mementingkan kelompok dan diri sendiri.
- Bersih pikiran dari hal-hal yang negatif dan dapat merugikan orang lain, dan sebaliknya selalu berfikir kreatif dan produktif.
- Bersih lingkungan dalam arti masyarakat Sinjai cinta dan bertekad untuk mewujudkan Sinjai yang bersih dari sampah, polusi dan limpah.
Huruf E = Elok
Masyarakat Sinjai ialah masyarakat yang memiliki
keramahtamahan, bersahabat serta mendambakan lingkungan sekitar yang asri,
cantik sehingga elok dipandang mata baik lahir maupun batin.
Huruf R = Rapi
Bahwa apa yang telah bersih dan Rapi itu perlu tetap
terpelihara secara berkesinambungan, dapat lebih tertata rapi dan apik. Untuk
itu perlu pula adanya kebersatuan masyarakat berupa organisasi kecil yang rapi
pula baik ditingkat Dasa Wisma atau RT dan RW yang bertanggungjawab mengatur
dan menjaga kerapian setiap tenpat atau lokasi yang telah ditetapkan bersama.
Huruf S = Sehat
Karena masyarakat sudah bersatu hati, pikiran dan
gerakan untuk hidup bersih, elok dan rapi, maka dengan sendirinya akan
terciptalah masyarakat yang sehat. Sehat dalam arti yang sebenarnya yaitu sehat
jiwa dan mentalnya, sehat fisik dan tubuhnya serta sehat pergaulan lingkungan
sosialnya. Maka bila masih ada anggota masyarakat yang belum mampu hidup sehat
dan perlu bantuan biaya pengobatan dan lain-lain maka masyarakat haruslah
bersatu untuk membantu melalui pengumpulan Dana Sehat Masyarakat Sinjai, yang
dalam awal tahun ini dikembangkan menjadi program Jaminan Kesehatan Daerah
(JAMKESDA).
Huruf A = Aman
Aman adalah sebuah kata yang “ paripurna” dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan, sebab meskipun masyarakat hidup sehat dalam
arti yang utuh, tanpa rasa aman maka itu tidak berarti apa-apa, karena itu kata
ini tidaklah dipilih sekedar simbol tetapi ia menjadi komitmen sebagai bentuk
jaminan pemerintah dan masyarakat untuk selalu memelihara, menjaga dan selalu
berupaya untuk menciptakan rasa aman itu, mulai dari lingkungan terkecil
sekalipun.
Huruf T = Tekun
Tekun atau ketekunan adalah suatu semangat atau roh
yang ada dan terus dipelihara oleh individu-individu dalam masyarakat Sinjai,
karena hanya dengan melalui ketekunan itulah semua upaya dan cita-cita baik
secara pribadi ataupun bersama-sama (bersinergi) diyakini dapat diwujudkan.
Karena itu ketekunan identik dengan kerja keras. Semangat inilah yang selama
ini terpelihara sebagai warisan kearifan dari para pendahulu dengan
motto : RESOPA TE MANGINGI MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA. (Hanya dengan
kerja keras mudah mendapatkan rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa)
Huruf U =
Unggul
Memasuki era kompetisi saat ini dan yang akan datang,
maka kata unggul atau keunggulan itu adalah merupakan suatu keharusan yang
harus diciptakan sebagai kekuatan baru agar tetap survive. Menjadi suatu
keyakinan bersama bahwa jika masyarakat hidup sehat dalam suasana aman dan
tekun dalam bekerja dan belajar akan melahirkan inovasi-inovasi baru, yang
nantinya menjadi embrio dari suatu keunggulan. Unggul tentunya tidak dalam
segala hal, sebab juga diyakini oleh pemerintah dan masyarakat memiliki
keterbatasan-keterbatasan di luar kendalinya. Tetapi yang pasti bahwa
keunggulan yang diinginkan adalah unggul atau cerdas dalam mengelola potensi
sumber daya yang dimilikinya. SINJAI BERSATU sebagai motto, kini telah menjadi
semacam “ brand image” masyarakat dan pemerintah. Untuk menyebut kata Sinjai
misalnya, dalam wacana-wacana tertentu sebagai penggugah semangat, tidaklah
lengkap tanpa kata BERSATU.
Pemerintahan
Bupati
- Mayor Abdul Lathief (1960 - 1963)
- Andi Azikin (1963 - 1967)
- Drs. H. Muh. Nur Thahir (1967 - 1971)
- Drs. H. Andi Bintang (1971 - 1983) 2 Periode
- H. A. Arifuddin Mattotorang, SH (1983 - 1993) 2 Periode
- H. Muh. Roem, SH, M.Si (1993 - 2003) 2 Periode
- Andi Rudiyanto Asapa, SH, LLM (2003 - 2013) 2 Periode
- H. Sabirin Yahya, S.Sos ( 2013-sekarang )
Wakil Bupati
- Nursyamsu Mus, S.Sos (2003-2008)
- Andi Massalinri Latief, S.Sos (2008-2013)
- Andi Fajar Yanwar, SE ( 2013-sekarang )
Iklim
Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim sub
tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April -
Oktober , dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April. Selain
itu ada 3 (tiga) type iklim (menurut Schmidt & Fergusson) yang terjadi dan
berlangsung di wilayah ini, yaitu iklim type B2, C2, D2 & type D3.
- Zona dengan iklim type B2 dimana bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan berturut – turut , sedangkan bulan kering berlangsung 2 – 4 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Sinjai Timur & Sinjai Selatan .
- Zona dengan iklim type C2, dicirikan dengan adanya bulan basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan, sedangkan bulan keringnya berlangsung selama 3 – 5 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan. Sinjai Timur , Sinjai Selatan & Sinjai Tengah
- Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah selama 3 – 4 bulan & bulan keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan. Penyebarannya meliputi wilayah bag. Tengah Kabupaten Sinjai , yaitu sebagian kecil wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan & Sinjai Barat.
- Zona dengan iklim type D3, bercirikan dengan berlangsungnya bulan basah antara 3 – 4 bulan ,& bulan kering berlangsung antara 3 – 5 bulan . Penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan. Sinjai Barat, Sinjai Tengah & Sinjai Selatan
Dari
keseluruhan type iklim yang ada tersebut , Kabu paten Sinjai mempunyai curah
hujan berkisar antara 2.000 - 4.000 mm / tahun, dengan hari hujan yang
bervariasi antara 100 – 160 hari hujan / tahun.
Kelembaban
udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 - 87 persen, dengan suhu udara
rata-rata berkisar antara 21,1oC - 32,4oC.
Demografi
Hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Kabupaten Sinjai
berjumlah 228.879 jiwa. Dengan Kepadatan penduduk 286 jiwa/km² dan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun 0,79 persen/tahun. Berikut adalah penduduk
Kabupaten Sinjai, per Kecamatan Tahun 2010 :
- Kecamatan Sinjai Utara : 43.467 jiwa (1 kelurahan dan 8 desa)
- Kecamatan Sinjai Timur : 28.971 jiwa (1 kelurahan dan 12 desa)
- Kecamatan Sinjai Tengah : 25.966 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
- Kecamatan Sinjai Barat : 22.985 jiwa (1 kelurahan dan 8 desa)
- Kecamatan Sinjai Selatan : 37.055 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
- Kecamatan Sinjai Borong : 15.901 jiwa (1 kelurahan dan 7 desa)
- Kecamatan Bulupoddo : 15.681 jiwa (7 desa)
- Kecamatan Tellu Limpoe : 31.448 jiwa (1 kelurahan dan 10 desa)
- Kecamatan Pulau Sembilan : 7.405 jiwa (4 desa yang merupakan wilayah kepulauan)
Kondisi geografis
Sinjai secara geografis terdiri atas
dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur.
Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah,
Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan
Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau
Buton.
Kabupaten
Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak
sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan
Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba
(di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .
Luas
wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha).
Hasil Penelitian Tentang Ilmu Sosial Budaya
Di Kabupaten Sinjai
A. Kebudayaan yang ada
di Kabupaten Sinjai
1.
Pembacaan bara sanji, di saat ada acara sunatan atau perkainan dan
acara-acara besar lainnya.
2.
Tahapan Upacara Kematian, Dari sekian banyak upacara adat yang dilaksanakan di
desa Bugis ada satu upacara adat yang disebut Ammateang atau Upacara Adat
Kematian yang dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat
Bugis saat seseorang dalam suatu kampung meninggal dunia. Keluarga, kerabat
dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang
meninggal itu berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya
membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau
kebutuhan untuk mengurus mayat, selain itu ada juga yang membawa passolo
(amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita). Mayat belum mulai diurus
seperti dimandikan dan seterusnya sebelum semua anggota terdekatnya hadir.
Barulah setelah semua keluarga terdekatnya hadir, mayat mulai dimandikan, yang
umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat
atau oleh anggota keluarganya sendiri.
3.
Marimpa Salo, Tradisi yang di beri nama marimpa salo, dimana
tradisi marimpa salo digelar untuk merayakan panen hasil laut. Tradisi marimpa
salo digelar masyarakat yang bermungkim di daerah pesisir pantai sinjai utara,
dan sinjai timur, dimana setiap tahunya mereka mengelar acara tradisi menghalau
ikan dari hulu hingga ke muara sungai. Saat perayaan marimpa solo digelar, juga
dibarengi dengan pementasan tari appadekko yang menggambarkan ritual masyarakat
nelayan, menikmati hasil tangkapan ikan, selain itu juga diselingi dengan
ketangkasan adu silat, sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat pesisir, setelah
mereka menikmati hasil tangkapan selama setahun mereka berjuang mencari nafkah
di lautan lepas. Kabupaten sinjai yang dihuni oleh komunitas suku bugis,
memiliki banyak aneka ragam tradisi adat dan budaya, serta di hiasi beberapa
lokasi objek wisata, diantaranya sembilan pulau kecil yang tersebar di perairan
laut sinjai. Selain itu juga terdapat objek wisata situs purbakala yang
lokasinya berada di bebukitan, yaitu objek wisata gojeng atau batu page, dimana
terdapat banyak batu situs peninggalan raja-raja, dan didukung dengan keindahan
panorama alam yang selama ini dijadikan sebagai objek wisata, selain itu
kabupaten sinjai. juga didukung dengan kekayaan hasil laut, serta hasil
pertanian dan perkebunan.
4.
Maddui’, Atraksi Budaya Adat Karampuang Sinjai, Nyanyian dan lantunan syair-syair indah yang dikenal dengan elong paddui’
menandai awal dimulainya prosesi maddui’ atau menarik kayu. Namun sebelum kayu
berukuran besar ini ditarik dari dalam hutan, terlebih dahulu dilakukan prosesi
ritual adat yang dipimpin Pinati yang merupakan perangkat adat. Pinati
didampingi perangkat adat lainnya. Setelah prosesi ritual adat berakhir,
syair-syair elong paddui’ yang dipandu perangkat adat mengalun merdu. Seratusan
warga yang datang, langsung mengambil
posisi sembari memegang tali dari ranting kayu. Dalam tradisi maddui’, posisi
menarik kayu dari arah depan dan memanjang disebut Hellareng. Dengan perlahan
dan penuh semangat, warga serta pendukung komunitas adat Karampuang ini menarik
dan menghela kayu dari dalam hutan untuk dibawa ke rumah adat Karampuang. Jarak yang harus ditempuh dari sumber kayu
ini diambil ke kawasan rumah adat
berkisar 500 meter. Kendati jaraknya tidaklah terlalu jauh bagi ukuran
warga pada umumnya, namun medan yang harus dilewati perangkat adat dan warga
yang menarik kayu ini terbilang sulit. Sesekali mereka harus melewati gundukan
tanah. Bahkan sela-sela bebatuan. Tidak jarang dibutuhkan alat bantu berupa
batang kayu untuk memudahkan pekerjaan para penarik kayu. Ketika
penarik kayu terlihat lelah, Puang Gella dan perangkat adat lainnya sesekali
memompa semangat mereka dengan syair-syair elong paddui’. Syair-syair yang di
lantungkan juga bukanlah sembarang syair . Alunannya di sesuaikan dengan
kondisi penarik kayu dan medan yang dilewati. Bagi Puang Gella yang juga
perangkat adat karampuang, pekerjaan menarik kayu dari dalam hutan terasa
sangat ringan dilakukan karena dikerjakan secara bersama-sama. Bukan hanya
warga di sekitar rumah adat, namun warga dari desa lain pun datang membantu. Secara
harfiah, Maddui diartikan dengan menarik atau menghela. Dalam prosesi Maddui, yang ditarik adalah
sebatang kayu yang diperuntukkan bagi
rumah adat sebagai pengganti dari bagian
rumah yang mengalami kerusakan, seperti tiang, panampa serta pareha leppa.
Untuk mewujudkan rasa kebersamaan dan persatuan, maka kayu tersebut tidak
dibolehkan untuk dipikul atau menggunakan sarana transportasi. Dalam keyakinan
mereka, hanya orang kuat sajalah yang dapat berpartisipasi bila kayu itu
dipikul. Namun bila ditarik, orang lemah, orang tua bahkan anak-anak sekalipun
dapat berperan serta. Maddui’ adalah salah satu unsur budaya yang tetap lestari
hingga kini. Melestarikan tradisi ini berarti kita ikut berperan melestarikan
tradisi budaya bangsa kita.
B. Peradaban yang ada di
Kabupaten Sinjai
1.
Kampung
Adat Tradisional Karampuang
Kampung tradisional
Karampuang terletak di desa Tompobulu Kec. Bulupoddo, kurang lebih 31 km dari
pusat kota Sinjai, Karampuang merupakan asimilasi dari nama tempat dimana digambarkan
sebagai pertemuan antara Karaeng (suku Makasar) dan Puang (suku Bugis).
Sehingga tempat tersebut kemudian diberi nama Karaeng Puang dan orang
menyebutnya Karampuang.
Karampuang
sendiri merupakan nama sebuah dusun/perkampungan tua yang tetap melestarikan
kebudayaannya. Upacara-upacara adat ritual kuno tetap bagian dari kehidupan
sehari-hari masyarakatnya. Walaupun saat ini teknologi dan pola hidup modern
mulai merambah kawasan adat ini.
Dalam
kawasan adat akan dijumpai dua buah rumah adat dengan berbagai simbol
keberadaan sejarah bagi masyarakat Sinjai. Selain rumah adat akan ditemukan
pula berbagai benda yang bernilai sejarah tinggi seperti Goa Cucukan yang
berisi batu bertulis mirip prasasti, sumur adat, dolmen kuburan-kuburan kuno
dan sumur Karampuang yang besar. Di kawasan ini pula diadakan pesta adat
terbesar di Sinjai yaitu Mappogau Sihanua dimana di pesta ini dapat kita temui
para pemuka adat Karampuang, aparatur pemerintah baik tingkat daerah maupun
propinsi dan masyarakat umum.
Sebagai
rumah adat yang bersimbol wanita, maka penempatan tangga rumah adat Karampuang
terletak di tengah yang melambangkan rahim wanita yang merupakan tempat
keluarnya bayi. Tangga ini mempunyai pintu yang disebut dengan batu
lappa dengan pemberat dari batu yang bundar yang menyimbolkan bagian
intim wanita. Karena posisi pintu yang rata dengan lantai rumah maka untuk
membukanya haruslah menolak ke atas untuk menggeser pemberat batu
tersebut.
Posisi
dapur diletakkan sejajar posisi pintu yang memiliki simbol sebagai buah dada
wanita yang merupakan sumber kehidupan. Sesuai dengan buah dada wanita,
dapur pada rumah adat Karampuang juga berjumlah dua buah.
Untuk
simbol telinga wanita, dilengkapi dengan bate-bate
kiri dan bate-bate kanan dengan hiasan ukiran kayu yang bermakna anting-anting
sedang bagian bahu digambarkan dengan sonrong yakni tangga yang
ditinggikan dan diletakkan di depan rumah dan belakang yang difungsikan sebagai
tempat tinggal penghuni. Sebagai tangan yang berfungsi untuk menggenggam maka
sonrong bagian belakang rumah ditempatkan semua arajang yakni benda sakral,
pelengkap adat.
2. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng
Salah satu primadona
wisata di Kabupaten Sinjai adalah taman purbakala Batu Pake Gojeng yang
terletak di ketinggian 50-96 meter diatas permukaan laut, tepatnya di Kel.
Biringere, Kec. Sinjai Utara, sekitar 2 km dari pusat kota Sinjai.
Batu
Pake Gojeng merupakan batu pahatan yang berada di Gojeng dan dipercayai sebagai
batu bertuah bagi masyarakat setempat. Puncak taman
purbakala Batu Pake Gojeng merupakan markas pertahanan Jepang dan tempat
pengintaian terhadap kapal laut yang melintasi teluk Bone maupun pesawat
terbang sekutu.
Dari
ketinggian ini, Anda bisa memandang jauh deretan Pulau Sembilan dengan jejeran
hutan bakau Tongke-Tongke yang rimbun serta laut biru yang menghampar di atas
terumbu karang Larea-rea.
Selain
memiliki potensi objek wisata alam, Benteng Balangnipa juga mempunyai nilai histories tersendiri yang kaya
akan warisan budaya khususnya bidang arkeologi. Pada tahun 1982, oleh Rescue
Excavation, ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) seperti keramik,
tembikar, sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae
yang diperkirakan dari zaman Dinasti Ming, fosil kayu dan peti mayat.
Masing-masing
peninggalan ini, mewakili peninggalan pada zamannya masing-masing. Peninggalan
Megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang dengan diameter
yang variatif antara 15-70 cm yang tersusun secara acak dan dikelilingi oleh
sejumlah lubang kecil dan diapit oleh dua buah lubang besar. Terdapat pula
bongkahan alami yang memiliki ukuran yang bervariasi serta batu berpahat
persegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya dimana
yang berukuran paling besar dipercayai sebagai makam raja-raja keturunan Raja
Batu Pake Gojeng yang pertama.
Bukti
peninggalan arkeologis ini telah dirapikan dan dijejer sepanjang jalan setapak
sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya
tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs, berbagai pohon
dapat kita jumpai seperti cemara (Casuarinas sp), kalumpang (Stercuilla), pohon
cenrana yang sudah tua, kelapa (Cocos nucifera), kamboja (Plumera accuminata),
akasia (Casia sp) serta bougenville (Bougenvillea
spectabilis). Selain flora, terdapat pula berbagai
jenis fauna khususnya bangsa burung seperti burung rajawali Sumatera, burung
beo, burung nuri Kalimantan, burung kutilang, serta jenis burung lainnya.
Dalam mendukung kepariwisataan di
lokasi ini pemerintah setempat telah melengkapi dengan sarana pendukung
(caravanning sites) seperti renovasi rumah adat taman
purbakala serta fasilitas lainnya seperti permandian yang telah tua yang
diyakini sebagai tempat permandian para raja, refreshing kid dengan taman
bermain anak-anak seperti ayunan dan luncuran.
3.
Benteng
Balangnipa
Selain
Fort Rotterdam dan Bentang Somba Opu, Benteng
Balangnipa adalah salah satu benteng terbesar di Sulawesi
Selatan, bentuknya pun hampir sama dengan Fort Rotterdam. Benteng
Balangnipa terletak di Kel. Balangnipa, Kec. Sinjai Utara, Kab. Sinjai dengan
jarak 1 km dari pusat kota.
Bentuk asli dari Benteng Balangnipa
terbuat dari batu gunung yang diikat dengan lumpur dari Sungai Tangka dengan ketebalan dinding
Siwali reppa (setengah depa). Kemegahan dan kekokohan Benteng Balangnipa
dimulai sejak awal abad XVI sekitar tahun 1557 oleh
kerajaan Tellulimpoe (Lamatti, Tondong, Bulo-Bulo) dengan bentuk dan struktur
bangunan yang menghadap ke Utara dengan pemandangan Sungai Tangka yang bermuara
antara Teluk Bone dengan pusat Kota Sinjai.
Benteng ini
merupakan saksi sejarah perlawanan kerajaan Tellulimpoe dalam menentang agresi
militer jajahan kaum kulit putih dalam sejarah
perjuangan terbesar yang dikenal dengan nama Rumpa’na Mangngara Bombang
yang terjadi pada tahun 1859-1961.
Empat buah Bastion (pertahanan) yang membentuk segi empat oval merupakan salah satu alat perang yang digunakan oleh
kerajan Tellulimpoe dalam menolak serangan Belanda. Namun ketidakseimbangan
kekuatan dalam hal persenjataan menyebabkan Benteng Balangnipa berhasil direbut
oleh pasukan Belanda pada tahun 1859.
Setelah Belanda berkuasa di wilayah persekutuan kerajaan Tellulimpoe, Benteng
Balangnipa dijadikan sebagai markas pertahanan bagi Belanda untuk membendung
serangan pribumi persekutuan kerajaan Telllulimpoe. Sebuah meriam perunggu yang
panjangnya 96 cm merupakan jejak peninggalan Belanda di benteng ini.
C. Nilai-nilai Luhur
Kabupaten Sinjai
Nilai-nilai yang dikembangkan adalah nilai-nilai luhur
yang berkembang dan menjadi harapan masyarakat Sinjai serta nilai-nilai yang
diadopsi dari prinsip-prinsip penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good
governance) yakni :
- Sirui’menre’tessirui no’, Mali Sipareppe, Malilu Sipakainge. Kalimat ini mengandung nilai dan semangat persatuan, kebersamaan, kesetiakawanan untuk saling mendukung dan saling mengingatkan.
- Sipakatau. Saling menghormati antara satu dengan yang lain sebagai wujud pengakuan atas kesederajatan manusia ciptaan Tuhan
- Lempu (jujur) Getteng (tegas, berani dan kuat dalam pendirian), Ada Tongeng (berpegang pada kebenaran), Temmappasilaingeng (berlaku adil pada semua pihak)
- Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya
- Akuntabilitas. Setiap keputusan, kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik
- Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjaminkemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai
- Efektif dan efisien. Menjamin terselenggaranya pelayanan masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab
- Partisipatif Mendorong setiap warga untuk menyampaikan pendapat dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
- Religiusitas. Seluruh aktivitas Pemerintah Daerah, DPRD, swasta dan masyarakat dilandasi dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.
D. Manusia, Keragaman
dan Kesetaraan
· Matike, diartikan sebagai mewaspadai. Pada
masyarakat bahari norma seperti ini dipahami dan berfungsi dalam memanfaatkan
potensi laut sesuai kebutuhannya baik untuk kepentingan sesaat, maupun untuk
kepentingan masa yang akan datang. Kaitannya dengan lingkungan sosial di Lappa
ditemukan beberapa individu yang melaksanakan aktivitas ekonomi seperti yang
dilakukan oleh salah satu informan (Hatta, wawancara tanggal 24 Januari 2013)
yang mengemukakan bahwa diantara pedagang ikan di pelelangan sangat
memperhatikan perkembangan kondisi jual-beli ikan. Faktor alam (cuaca) sangat
diperhitungkan karena berpengaruh pada pasokan ikan dan harga ikan dalam
kondisi cuaca yang buruk dapat berubah drastis. Diantara pedagang ikan sedikit
banyak mampu mengatasi persoalan permintaan pasar dengan melakukan
rasionalisasi terhadap harga ikan. Begitu pula dengan jenis-jenis ikan yang
ditawrkan, para pedagang ikan telah memiliki pengetahuan tentang harga ikan
berdasarkan jenis, dan pengetahuan jenis ikan berdasarkan musimnya yang
menyebabkan mereka ketika musim tertentu mempersiapkan modal untuk dapat
mendapatkan ikan yang diinginkan sesuai dengan permintaan pasar.
·
Mabulo Sibatang, diartikan bersatu. Nilai ini dipahami sebagai terwujudnya interkoneksitas
antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Mayarakat
Lappa memeliki kecenderungan dalam konsep nilai ini pada model strukutur
sosialnya terutama relevansinya pada relasi gender. Data pengamatan di PPI
Lappa bahkan pasar yang ada di kompleks tersebut menemukan mayoritas pedagang
atau penjaja jualan didominasi oleh kaum perempuan. Meskipun data statistik
mengenai jumlah mereka, namun setidaknya nuansa yang tertangkap pada fenomena
yang ada di PPI Lappa dan pasar tersebut cukup signifikan. Wawancara dengan
salah satu informan (Hartati, wawancara tangal 25 Januari 2013) mengemukakan
bahwa sejak semakin berkembangnya pasar dan PPI Lappa, semakin banyak perempuan
yang beraktivitas ditempat tersebut sebagai pedagang maupun penjual. Ia juga
menuturkan bahwa apa yang mereka lakukan tidak lain adalah tuntutan ekonomi.
·
Sipakatongeng, (saling mempercayai). Dalam ranah eknomi, nilai ini sangant penting
dalam relasi-relasi usaha yang di PPI Lappa. Saling mempercayai merupakan modal
sosial utama untuk kemudian bereprduksi ke dalam pranata ekonomi. Kita ambil
fakta di lapangan dengan mengamati aktivitas pelelangan ikan. Beberapa nelayan
yang menjaul ikannya di PPI Lappa tidak sedikit yang mempercayakan hasil
tangkapannya kepada pa’cata atau broker yang emmeliki keterampilan dalam
melelang ikan, disamping itu peran merekan dalam struktur ekonomi juga
memperlihatkan jaringan mereka dengan dunia bisnis yang cukup komlpleks dalam
sistem jual-beli di Lappa. Peran pa’cata apabila cukup sukses dalam
memberikan keuntungan kepada nelayan telah mempercayakan hasil tangkapannya
untuk di lelang akan menjadi kontinum dalam relasi bisnis ke depannya. Diantara
kedua relasi tersebut, memberikan nilai keuntungan yang dilandasi nilai
sipakatongeng. Pada penggambaran ini cukup jelas terlihat nilai sipakatongeng
menjadi fondasi utama dalam pranata eknomi, sebagai modal kultural, nilai telah
terkonversi menjadi modal ekonomi.
E. Sains, Teknologi
yang ada di Kabupaten Sinjai
· ICT di Kabupaten Sinjai
Dalam
era digitalisasi dewasa ini, perkembangan dunia informasi begitu pesat, bahkan
telah memberikan angin perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, dimana berbagai informasi telah merambah keseluruh sektor kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), yang mulai
digemari oleh masyarakat dunia dewasa ini, bahkan dunia informasi dengan
menggunakan internet hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baik
masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan telah menikmati teknologi
informasi, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan dan langkah kerja sama
dalam pengendalian dan penanganan informasi yang terintegrasi dan terkoordinasi
melalui kebijakan lintas instansi antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi,
pemerintah kabupaten/kota khususnya dalam penyampaian informasi yang berbasis
ICT guna mewujudkan pemerintahan yang baik dalam memberikan informasi cepat
kepada masyarakat.
Oleh
karena itu melalui Dinas Komunikasi Informatika Kebudayaan Kepariwisataan
Kabupaten Sinjai yang merupakan ujung tombak pemerintah kabupaten dalam
menyampaikan informasi, tentu memiliki tanggung jawab besar dan sekaligus
menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi kepada masyarakat, sehingga
berbagai program yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang sadar akan informasi, diantaranya telah melaksanakan
pendidikan internet gratis yang dilaksanakan mulai tahun 2005 sampai sekarang,
yang dilaksanakan setiap hari pada Dinas Komunikasi Informatika Kebudayaan
Kepariwisataan Kabupaten Sinjai. Menindaklanjuti program Pemerintah pusat
melalui Kementerian Komunikasi Informasi, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos
dan Informatika yang berinisiatif melaksanakan program ICT Pura yang dirancang
untuk memenuhi sejumlah obyektif utama, yaitu untuk mengetahui tingkat kesiapan
setiap kabupaten dan kota dalam menghadapi era ekonomi digital yang akan
dimulai pada tahun 2015, untuk mengukur besaran gap rill antara lain target
dan kondisi sebenarnya pada setiap kabupaten dan kota agar dapat disusun
strategi nasional untuk menghasilkan solusi serta untuk memberikan
motivasi,dukungan, insentif, dan apresiasi bagi kabupaten dan kota yang bekerja
keras dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui
beragam program pembangunan dan penerapan TIK diwilayah masing-masing.
Pemerintah
Kabupaten Sinjai mengelola langsung bantuan pusat untuk dimanfaatkan secara
maksimal untuk masyarakat diantaranya PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan)
di Kantor Kecamatan Sinjai Tengah dan Sinjai Selatan. Demikian juga Mobil Layanan
Internet Kecamatan (MPLIK) yang dikelola langsung oleh Diskominfobudpar. Dengan
dikelola oleh pemerintah kabupaten maka biaya operasional dianggarkan sehingga
dalam pelayanannya ke masyarakat tidak dibebankan biaya lagi (gratis).
Terdapat
Galeri Internet (media center) bertempat di Diskominfobudpar Sinjai yang
memberikan layanan informasi publik. Galeri internet ini beroperasi hingga jam
22.00, menyediakan internet gratis untuk pengunjung serta menjadi helpdesk
untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pengguna teknologi
informasi. Galeri Internet gratis ini sudah beroperasi sejak tahun 2005.
Layanan
Hotspot Internet 24 jam. Diskominfobudpar Sinjai juga menyediakan akses hotspot
gratis yang bisa digunakan masyarakat selama 24 jam. Selain di Diskominfobudpar
layanan hotspot gratis ini ada di beberapa unit kerja lingku pemerintah
kabupaten sinjai dan obyek wisata.
Terdapat
Early Warning System yaitu Ranet yang memantau informasi tentang Gempa dan
Tsunami. Selain Ranet terdapat juga AWS (Automatic Weather System) yang
melaporkan informasi terkini kondisi cuaca.
F. Masyarakat dan Lingkungan
Alam di Kabupaten Sinjai
Menikmati panorama
alam di Kabupaten Sinjai, tidak lengkap rasanya jika kita berpelesiran kearah
utara Sinjai saja. Dibagian timur laut Kabupaten Sinjai jejeran dan rimbunan
hutan bakau yang tertata alami pesisir laut Tongke-Tongke menampakkan keindahan
panorama alam serta ribuan kelelawar yang bergelantungan pada tiap bulan April
sampai pada bulan September mengikuti musim adaptasi lingkungan spesies
binatang tersebut. Berkunjung ke obyek wisata hutan bakau Tongke-Tongke
yang terletak di Kecematan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, sekitar 7 km dari
pusat kota Sinjai dengan menggunakan trnsportasi darat, dan sekitar 5 menit menggunakan
tansportasi laut. Pada tahun 1993 Kabupaten Sinjai dalam pengembangan dan
penghijauan pesisir salah seorang penanaman bakau mendapatkan penghargaan
Kalpataru dari Presiden Soeharto, karena atas kerja keras dan keuletan
menyelamatkan biota laut dan keaneka ragaman hayati yang tersimpan rapi
dipesisiran Tongke-Tongke, memancing para pihak peneliti bahkan investor luar
untuk memberikan asumsi dan kerja sama pengelolan dengan melihat keadaan
marfologi laut yang diikuti sumber daya alam kepariwisataan. Sehingga sampai
sekarang kawasan mangrove ini dijadikan sebagai kunjungan wisatawan yang
terbukti banyak di minati oleh kalangan mancanegara. Desa Tongke-Tongke dengan
kekayaan hutan bakaunya lebih dikenal dengan laboratorium bakau Sulawesi
Selatan dimana pengembangan Sulawesi Selatan dimana pengembangan hutan bakau
yang memiliki luas areal 786 Ha, yang dikembangkan dengan swadaya dan budidaya
masyarakat secara murni. Sebuah jalan kayu yang telah permanent sepanjang 250 m
dengan fasilitas shelter serta villa terapung dalam kawasan yang telah menjadi
momok utama dalam pengembangan kepariwisataan sebagai bukti animo masyarakat
melalui pemerintah untuk semaksimal bersinergi dalam mengelolah asset
wisata tersebut. Disamping itu, masyarakat setempat dan pemerintah telah
menyediakan sarana trnsportasi laut yang bersandar dipesisir dalam hutan bakau
yang mana dipersiapkan bagi wisatawan mancanegara atupun local untuk lebih
menikmati keindahan hutan bakau dari luar dan biota laut serta keanekaragaman
hayati yang menyatu dengan alam hutan bakau. Dari sektor perkebunan dan
perikanan juga telah memfasilitasi sebuah sanggar tani yang dijadikan sebagai
pusat pelatihan bakau dan aktifitas para sanggar tani wanita yang lebih
berorientasi pada pemeliharaan bakau dan pengembangan disektor perikanan
No comments:
Post a Comment