Powered By Blogger

Saturday, October 10, 2015

Keterkaitan Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan dan Agribisnis serta Cara Menghitung Nilai Ekonomi Lingkungan



1.  Keterkaitan Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan dan Agribisnis

·      Keterkaitan ESDAL dengan Perencanaan Pembangunan :
Sebenarnya kegiatan pembangunan akan berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumber daya alam apalagi yang bersifat fisik jelas mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang mungkin akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif.
Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yaitu upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan Kebijakan / Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan  yang disebut Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah : Keputusan Menteri KLH No.12/MENLH/3/94 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan, Keputusan Menteri KLH No.11/MENLH/3/1993 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dsb.
·      Keterkaitan ESDAL dengan Agribisnis
Keterkaitan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan dalam agribisnis yaitu sebagai penyedia bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi, dan penyedia fasilitas. Implikasi dari peranan tersebut adalah bahwa lingkungan merupakan komponen penting dari agribisnis. Ini menyiratkan bahwa dalam agribisnis, nilai lingkungan harus diperlakukan sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

2.  Cara mengukur Nilai Ekonomi Lingkungan
·      Metode Total Economic Value (TEV)
Cara untuk melakukan valuasi ekonomi adalah dengan menghitung Nilai Ekonomi Total (NET). Nilai Ekonomi Total adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. NET dapat dipecah-pecah ke dalam beberapa komponen. NET ini juga dapat diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup (Irmadi, 2004).

NET atau Total Economic Value (TEV) dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut (CSERGE, 1994 dalam Irmadi, 2004):

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (EV + BV)

Dimana:
TEV = Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)
Total nilai ekonomi yang dimiliki suatu sumberdaya.
UV = Use Values (Nilai Manfaat)
Yaitu suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumberdaya alam dan lingkungan ke nilai uang (monetize), terlepas ada atau tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut.
NUV = Non-Use Value (Nilai Bukan Manfaat)
Nilai yang diperoleh dari suatu sumberdaya yang bukan dari pemanfaatan terhadap sumberdaya tersebut.
DUV = Direct Use Value (Nilai Kegunaan Langsung)
Yaitu output (barang dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan.
IUV = Indirect Use Value (Nilai Kegunaan Tidak Langsung)
Yaitu barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut.
OV = Option Value (Nilai Pilihan)
Niali pilihan ini biasanya diinterpretasikan sebagai nilai keanekaragaman dari suatu ekosistem (Biodiversity)
EV = Exsistence Value (Nilai Keberadaan)
Yaitu nilai keberadaan suatu sumberdaya alam yang terlepas dari manfaat yang dapat diambil daripadanya. Nilai ini lebih berkaitan dengan nilai relijius yang melihat adanya hak hidup pada setiap komponen sumberdaya alam.
BV = Bequest Value (Nilai Warisan)
Nilai yang berkaitan dengan perlindungan atau pengawetan (preservation) suatu sumberdaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka dapat mengambil manfaat daripadanya sebagai manfaat yang telah diambil oleh generasi sebelumnya.

·      Metode Contingent Valuation Methods (CVM)
Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan/fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna. Misalnya, nilai jasa kebersihan lingkungan, nilai kerugian atas kemacetan transportasi, nilai kerugian masyarakat atas bahaya banjir akibat kerusakan lingkungan -> sulit diukur dari sudut pandang pasar. Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode valuasi berdasarkan survei yang digunakan untuk memberikan penilaian moneter pada barang atau komoditas lingkungan. Ide yang mendasari metode ini adalah bahwa sesungguhnya orang-orang memiliki preferensi, yang tersembunyi, untuk semua komoditas lingkungan. Di sini diasumsikan bahwa orang-orang memiliki kemampuan untuk mentransformasikan preferensi-preferensi ini ke dalam satuan moneter (d’Arge, 1985)
Untuk menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung ke individu/masyarakat sejauhmana masyarakat mau membayar untuk perubahan kualitas lingkungan CVM adalah metode teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan.
Tujuan CVM: menghitung nilai (harga) atau penawaran yang mendekati keadaanyang sebenarnya jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. pasar hipotetik (kuesioner dan responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik ’barang’ yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk (retribusi) secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.

3.    Emisi Pribadi

No comments:

Post a Comment